25 Sep 2010

Sikap Orangtua yang Salah

Kepercayaan diri yang dimiliki seseorang tidak tumbuh dalam semalam. Kepercayaan diri terbentuk akibat interaksi dari kapasitas pribadi dengan lingkungan. Elemen yang berperan penting untuk pembentukan kepercayaan diri adalah lingkungan yang paling pertama ditemuinya dalam kehidupannya. Yaitu rumah (red: keluarga atau pengasuh atau orang tua), baru kemudian lingkungan masyarakat atau sekolahnya.

Dorongan positif dari keluarga atau dalam pengasuhan sangat diperlukan dalam proses pembentukan rasa percaya diri yang permanen. Memberi dorongan adalah suatu seni, bukanlah teknik yang baku, tapi bisa dilatih. Ada batasan-batasan atau panduan garis besar dalam memberikan dorongan yang tepat dan efektif untuk anak. Tapi memberi dorongan kepada anak merupakan sebuah seni tersendiri. Butuh sedikit kreativitas selain juga orangtua harus juga mengerti karakter dan sifat si anak.

Namun seperti yang ditulis oleh Dorothy Law Nolte dalam bukunya "Children Learn What They Live", ada 4 hal yang mungkin sering dilakukan para orang tua pada umumnya yang justru tidak mendukung terbentuknya rasa percaya pada kemampuan dirinya.

Yaitu:
1. Mementingkan hasil, bukan proses belajar.
Orang tua ingin melihat anaknya memperoleh hasil yang bagus. Seringkali kemudian orang tua terdorong untuk membantunya secara langsung. Padahal bukan itu yang dibutuhkannya (walau mungkin saat itu dia menginginkannya). Tetapi seorang anak sedang mengetes kemamppuannya sendiri dan biarkan dia berpikir bahwa ia bisa melakukannya. Dia perlu membangun keyakinan bahwa ia bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang ingin dia lakukan.

2. Berkata "Coba saja kamu lakukan".
Pernyataan ini tidak memacu anak untuk menyelesaikan pekerjaan yang mereka mulai, karena tuntutan dari orang tua hanya mencoba. orang tua perlu menuntun mereka untuk memberikan usaha terbaiknya dalam melakukan sesuatu. Sehingga doronglah anak dengan pernyataan "Lakukan yang terbaik".

3. Bersikap protektif terhadap anaknya.
Orang tua bersikap protektif untuk keselamatan fisik dan psikologisnya. Tidak ada yang salah dengan itu. Hanya saja anak perlu diberikan pengalaman untuk merasakan semua perasaan negatif sejauh itu sesuai dengan kemampuan dirinya. Biarkan anak merasakan kegagalan dan belajar bagaimana mengatasinya. Orang tua yang kemudian memastikan bahwa akan selalu mendampinginya di saat anak sedang berjuang mengatasinya.

4. Orang tua menentukan cita-cita yang harus diraih anaknya.
Mungkin karena kegagalan orang tua meraih keinginannya di masa lalu, membuat orang tua menaruh harapan terlalu besar pada anaknya untuk bisa menggantikannya. Jika terlalu memaksakan kehendak pada anak, mungkin saja anak akan merasa frustrasi. Orang tua perlu membukakan wawasan bagi anak dan memberi ruang seluasnya bagi anak untuk menentukan visinya sendiri.

What Is Your Passion?

Quote yang paling menginspirasi: "I am stronger than my excuses".