17 Apr 2014

Obat TB Gratis, Jadi Jangan Ragu Berobat

http://sehatnegeriku.com/berobat-gratis-pasien-tb-bisa-sembuh-asal-patuh/
Belum lama ini, saya membawa Si Sulung, Zhafi, ke IGD di sebuah RS pemerintah di Jakarta, karena sesak nafas akibat serangan asma. Di ruangan rawat IGD yang penuh, Zhafi diinhalasi. Proses inhalasi hanya 10 menit, tapi administrasi yang memakan waktu beberapa jam cukup membuat saya memperhatikan satu persatu pasien lain yang dirawat sementara di ruangan IGD itu. Karena ranjang IGD penuh, Zhafi ditempatkan satu ranjang dengan anak laki-laki yang tampaknya juga tinggal menunggu obat dan proses administrasi saja. Saya sempat ngobrol dengan ibu dari anak laki-laki itu.

Di sebelah ranjang tempat Zhafi duduk, terbaring lemah seorang anak perempuan yang bertubuh kurus sedang tertidur. Di sebelahnya, perempuan yang sudah lanjut usia tampak duduk menemani. Seorang dokter anak yang masih muda menghampiri perempuan itu, menanyakan berapa kali buang air kecil dan berapa banyak air kencingnya, perempuan tua itu menjawab sekedarnya. Tadi berapa ya, lupa, jawab ibu paruh baya itu. Dokter tanya, apa tidak dicatat. Perempuan itu menjawab, saya ngga bisa baca tulis. Untuk sesaat, Pak Dokter pun tidak bertanya lebih jauh.

Dari obrolan saya dengan ibu dari anak laki-laki tadi, saya jadi tahu cerita tentang balita perempuan malang itu dan perempuan tua yang ternyata neneknya. Kisah keluarga ini cukup memilukan hati.

Anak perempuan ini ternyata yatim piatu. Ibunya meninggal karena penyakit tuberkulosis. Tidak berapa lama, ayahnya pun meninggal karena penyakit yang sama. Bisa ditebak anak perempuan itu sakit apa? Ya, otomatis penyakit TB pun menginfeksi tubuhnya. Keluarga ini tidak segera berobat mungkin karena kondisi ekonominya yang sangat miskin dan kurang akses informasi tentu saja. Mereka tinggal di kolong jembatan. Sekarang hanya ada nenek yang buta aksara yang jadi gantungan hidup si anak. Miris.

Mungkin kalau keluarga ini tahu bahwa berobat TB itu bisa gratis, kesehatan dan hidup keluarga ini akan terselamatkan.

Pengobatan TB Gratis

Obat anti tuberkulosis atau OAT yang diberikan berupa kombinasi 3 dari 5 macam obat (INH, rifampisin, pirazinamid, etambutol, dan streptomisin) sesuai rekomendasi dokter. Obat ini harus dikonsumsi terus menerus dalam jangka waktu sedikitnya 6 bulan untuk bisa menyembuhkan TB sampai tuntas-tas. Kalau tidak didukung dengan pengobatan yang gratis, mungkin akan lebih banyak lagi pasien dengan TB yang tidak melanjutkan pengobatan karena alasan biaya. Padahal, resiko putus berobat itu besar.

Penyakit TB yang tidak diobati sampai tuntas akan membuat bakteri penyebab penyakit ini jadi kebal atau resisten pada obat TB untuk kasus biasa. Muncullah masalah baru nantinya, bertambahnya penderita TB MDR. Pengobatan TB MDR (atau TB multi drug resistant) harus menggunakan obat yang lebih “keras”, lebih mahal, dan dikonsumsi dalam jangka waktu lebih lama, yaitu 18 bulan.

Karena itu, perhatian pemerintah dan praktisi kesehatan sangat besar untuk mendukung berhasilnya pengobatan gratis ini. Pengobatan gratis bisa didapatkan melalui Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah, dan beberapa Rumah Sakit serta dokter praktek swasta yang sudah bekerja sama untuk penanggulangan penyakit TB. Kalau berobat di RS swasta atau dokter swasta, perlu ditanyakan dulu sebelumnya apakah bisa mendapatkan pengobatan gratis di sana.  

Butuh Kedisiplinan Pasien

Nah, kalau obat sudah digratiskan, tergantung pada ketekunan dan kedisiplinan pasien TB untuk rutin kontrol dan menebus obatnya. Di setiap fasilitas layanan kesehatan seperti puskesmas, diterapkan strategi DOTS (directly observed treatment shortcourse) atau strategi pendampingan minum obat. Ada pengawas dari puskesmas yang membantu mengawasi dan mengingatkan pasien untuk terus minum obat sampai tuntas.  

Partisipasi kita juga dibutuhkan lho. Setidaknya, kita tidak ragu membantu mengingatkan orang-orang di lingkungan sekitar yang punya gejala TB untuk segera berobat sampai tuntas. Semoga dengan cara ini, kita bisa buat negeri tercinta ini lebih sehat masyarakatnya dan lebih dekat dengan mimpi besar bersama, Indonesia bebas dari TB. :)

 Tulisan ini diikutsertakan dalam:
http://blog.tbindonesia.or.id/?p=199

Sarapan Pagi dengan Buah

Sumber gambar dari sini

"Pagi-pagi jangan makan buah, nanti diare lho"
Ups, bener ngga sih begitu. Setidaknya peringatan itulah yang sering saya dengar jaman saya kecil dulu. Pagi itu, ya makan nasi dulu, baru makan buah. 

Lalu, saat sedang mencari penyembuhan penyakit secara alami, saya mendapatkan referensi tentang sebuah pola makan yang cukup dikenal sekarang ini, yang disebut food combining. Pola makan ini dikatakan sebagai pola makan yang alami dan menyehatkan. Karena dengan menerapkan pola makan ini, berat badan ideal bisa tercapai dan badan menjadi lebih sehat dan seimbang. 

Ternyata, salah satu prinsip dalam pola makan itu, adalah sarapan buah. Iya, mulai bangun tidur sampai tengah hari, usahakan tidak ada makanan lain selain buah. Karena ternyata di pagi hari itu, siklus pencernaan berfokus pada proses pembuangan zat-zat sisa makanan. Pembuangan zat sisa ini ternyata butuh energi. Kalau di waktu-waktu tersebut, perut kita dijejali dengan makanan padat seperti nasi atau daging, proses pembuangan tidak maksimal, karena energi yang seharusnya diganakan untuk pembuangan, terpakai untuk mencerna makanan padat tersebut. Itu makanya, dianjurkan hanya sarapan buah saja. 

Apa benar lantas jadi diare. Hmm.. sebetulnya bukan diare, tetapi proses pembuangannya maksimal. Pengalaman saya sih, menerapkan pola makan ini (walau tidak setiap hari juga), pagi-pagi proses pembuangan lancar, ngga pakai sembelit, bisa sampai 2 kali. Normalkah? Normal lho, karena memang sebaiknya BAB itu sehari 1-2 kali. Jadi tidak perlu khawatir diare. 

Tapi... saya masih sering nakal juga sih. Kadang kalau di meja ada cemilan kue basah, dilahap juga, hehe. Kalaupun ingin makan makanan lain, setelah makan buah, saya beri jeda dulu 30 menit, menunggu sampai buah tercerna tuntas. Setidaknya bagi saya, dengan sarapan buah di pagi hari, porsi buah saya paling sedikit 3 porsi. Kalau ditambah dengan makan siang dan malam dengan sayur, setidaknya kebutuhan untuk buah dan sayur sudah genap 5 porsi.

Itu pengalaman sarapan pagi saya. Bagaimana dengan sarapan pagimu, teman? :)

16 Apr 2014

Antara Empati dan Etika Meminta

Status Path dari seorang ABG bernama Dinda masih berseliweran sampai hari ini. 

Gambar dari beforeitsnews.com
Yang saya pikirkan dan saya rasakan pada saat pertama hingga beberapa kali melihat status itu adalah prihatin dan miris. Muncul pemikiran yang cenderung menghakimi, kenapa Dinda yang juga perempuan sama sekali ngga punya rasa empati? Apa dia ngga menyadari suatu saat dia akan ada di posisi yang sama. Dan kondisi hamil itu berbeda ketika sedang tidak hamil. Ada yang lemas, mual, walau ada juga yang ngga merasakan keluhan berarti. Dan kenapa harus dengan kata-kata keras seperti itu untuk mengungkapkan ketidaksukaannya pada ibu hamil yang meminta tempat duduk padanya?

Lama kelamaan, status di wall saya tampak sarat dengan hujatan dan makian kepada para abg ini. Saya termasuk juga yang mengira bahwa Dinda ini manusia bodoh yang ngga punya rasa empati. Lalu, semakin lama saya jadi mempertanyakan diri sendiri, apa dengan memaki membuat saya jadi lebih baik kedudukannya dari pada dia? Apakah saya benar-benar sudah berempati pada orang lain di setiap kesempatan. Kalau saya memberikan tempat duduk ke penumpang prioritas in syaa Allah bisa dan akan terus begitu, selama saya juga lagi ngga repot gendong-gendong si kecil. Tapi apa di situasi lain, di konteks lain rasa empati saya juga tetap akan ada? Saya belum tahu. Karena, bersikap empati bukan hanya sekedar itu saja, tapi banyak. Itulah yang bikin saya malu untuk terus ikut menyalahkan Dinda. Ya, saya harus berkaca dulu sebelum menilai orang lain. 

Lalu saya membaca postingan blog dari seorang teman FB. Di blog beliau, saya jadi tahu bahwa. ternyata ada fakta beberapa ibu hamil bersikap tidak simpatik. Maklum saya juga bukan everyday commuter hehe. Jika memang ingin meminta hak tempat duduk prioritas, tentunya perlu ada etika dan sopan santun ya, (selain juga sebaiknya harus ada rasa empati dari orang lain untuk memberikan hak pada yang memilikinya sebelum diminta). Tapi akan lain ceritanya, kalau ibu hamil memintanya dengan nada yang keras, atau tidak sopan. Siapapun pasti akan merasa tersinggung. Dan ternyata beliau ini, tidak hanya sekali dua kali menjadi saksi adanya ibu-ibu hamil yang kurang simpatik tersebut. 

Saya tidak melihat beliau sebagai orang yang menyetujui sikap Dinda seratus persen, karena cara mengungkapkannya yang tanpa filter emosi. Saya melihat beliau hanya ingin menjelaskan kemungkinan alasan kenapa Dinda sampai memposting status tersebut di FB. Sekedar catatan, beliau juga sudah pernah mengalami menjadi bumil dalam commuter.

Walaupun juga, mungkin di sisi lain, sikap ibu hamil yang tidak simpatik itu bisa saja akumulasi dari kekesalan bumil ybs karena saking seringnya mereka tidak mendapatkan haknya di kendaraan umum karena orang-orang yang tidak berempati dengan kehamilannya.
Apapun mungkin.

Jadi apa yang hilang di masyarakat kita dari kasus ini? 
Yang pertama pastilah rasa empati  yang merosot. Yang kedua, budaya sopan santun dalam meminta, saling pengertian. Satu hal lain, tulisan ini saya buat untuk mengingatkan diri sendiri untuk ngga keburu menilai sikap orang lain secara negatif. Melihat lebih dalam. Sulit, apa lagi kalau dipancing dengan kalimat yang provokatif seperti status itu hehe, tapi belajarlah dulu ya, nduk *tepukpundaksendiri.

Bagi yang punya hak, tetap meminta dengan cara yang santun tidak dengan nada menuntut. Tapi bagi yang memang masih sehat, tidak kurang suatu apapun, sangat perlu berempati pada orang lain. Saling pengertian, itu sepertinya kuncinya. Tapi kalau udah dengan sukarela memberi tempat duduk bagi kaum prioritas tapi ngga mendapat ucapan terima kasih atau senyuman, ya biarkan saja. Pada akhirnya ini semua hanya antara diri sendiri dan Tuhan. Seperti sajak Mother Theresa "Do It Anyway"

People are often unreasonable, irrational, and self-centered.  Forgive them anyway.
If you are kind, people may accuse you of selfish, ulterior motives.  Be kind anyway.

If you are successful, you will win some unfaithful friends and some genuine enemies.  Succeed anyway.
If you are honest and sincere people may deceive you.  Be honest and sincere anyway.
What you spend years creating, others could destroy overnight.  Create anyway.
If you find serenity and happiness, some may be jealous.  Be happy anyway.
The good you do today, will often be forgotten.  Do good anyway.
Give the best you have, and it will never be enough.  Give your best anyway.
In the final analysis, it is between you and God.  It was never between you and them anyway.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Orang sering keterlaluan,  tidak logis,
dan hanya mementingkan diri;

bagaimanapun, maafkanlan mereka.
Bila engkau sukses, engkau akan mendapat beberapa teman palsu,
dan beberapa sahabat sejati;
bagaimanapun, jadilah sukses.

Bila engkau jujur dan terbuka,
mungkin saja orang lain akan menipumu;
bagaimanapun jujur dan terbukalah.


Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun
mungkin saja dihancurkan orang lain hanya dalam semalam;
bagaimanapun bangunlah.


Kebaikan yang engkau lakukan hari ini
Mungkin saja besok sudah dilupakan orang;
Bagaimanapun, berbuat baiklah.

Bagaimanapun, berikan yang terbaik dari dirimu.
 
Engkau lihat,
akhirnya ini adalah urusan antara engkau dan Tuhanmu;
Bagaimanapun ini bukan urusan antara engkau dan mereka.



15 Apr 2014

Asus Notebook Terbaik dan Favoritku


Dua tahun lalu, saya sibuk merintis sebuah bisnis online, sampai harus begadang untuk menjalankannya. Waktu itu, saya memakai netbook yang merupakan pemberian dari ibu tercinta. Ketika kemudian berjalan 1 tahun, lama kelamaan, netbook tersebut harus pensiun karena mendadak mati total.

Mulailah pencarian pengganti netbook malang yang harus dipaksa begadang tiap malam itu hehe. Suami lalu rajin browsing sana sini untuk menemukan laptop atau PC yang sesuai dengan kebutuhan kami pada waktu itu. Sebuah laptop yang fungsional dan mampu mengakomodasi kebutuhan kami dengan kapasitas yang besar untuk penyimpanan file-file kantor, file-file curhat :D, dan sekedar menyimpan foto dan video tentang anak-anak dan keluarga yang akan menjadi kenang-kenganan kelak. 

Dan Kami Pun Memilih Asus

Seorang teman kantor suami ketika itu, baru saja membeli Asus yang memiliki fitur layar sentuh. Suami melihat performa dari laptop Asus seri itu terlihat mumpuni, dengan harga yang relatif lebih terjangkau. Itulah kenapa suami pun mempersempit pencarian laptop khusus pada brand Asus ini. Dan menemukan kecocokan ketika melihat Asus seri X201E, sebagai pilihan notebook terbaik bagi kami.

Tampilan anggun

ramping dan ringan




Asus model X201E ini punya body yang lumayan ramping, dan ringan dibawa. Dari empat pilihan warna yang ada, suami memilih warna putih. Dan warna putih ini juga yang kami pilih ketika membeli Asus MemoPad setahun kemudian.

Sejak saat itu, kami sekeluarga tak terpisahkan dengan notebook andalan ini. Kemanapun membawa laptop ini tidak terasa berat.

Sudah genap 1 tahun 3 bulan hari-hari saya tidak lepas dari laptop kesayangan. Asus ini bandel nian menemani saya begadang, menemani saya curhat di blog, menemani chatting. Sekarang, walaupun saya tidak menjalankan bisnis itu lagi, tapi kegiatan dan hobi baru saya ngeblog membuat notebook asus saya ini tetap harus menyala hingga tengah malam.  Tenaga Batere yang memiliki durasi 3 – 4 jam memudahkan saya untuk fokus membuat tulisan ketika ngeblog tanpa terganggu. 

Suatu siang, Asus ini bisa jadi pusat perhatian saya dan krucils. Ketika saya sedang heboh ngeblog, di saat yang bersamaan si kecil bisa nonton video favoritnya tentang kereta api. Si ibu asyik ngetik, si kecil asyik nonton. Kualitas audio yang jernih dan bening membuat betah menonton video atau mendengarkan musik favorit.

Ada kalanya saya harus meninggalkan notebook ketika harus melerai anak yang berebut mainan, atau mendadak memasak untuk makan siang. Notebook Asus akan otomatis berada dalam kondisi sleep atau hibernasi sehingga menghemat tenaga baterai. Dan ketika saya kembali menyalakan notebook, saya cukup menekan kembali tombol power dan dalam 2 detik layar sudah menampilkan pekerjaan terakhir saya tadi. Dan saya pun bisa langsung melanjutkan aktivitas menulis atau apapun itu tanpa harus menunggu proses booting lagi. Hmmm senangnya.

Yang pasti, kehadiran notebook Asus X201E ini benar-benar menjadi media yang multifungsi buat keluarga kami. Bekerja, bermain, belajar, dan hiburan dalam satu paket.
http://www.asus.com/id/Static_WebPage/ASUS_Blog_Contest/

14 Apr 2014

My Most Unforgettable Journey: Perjalanan Impian Ke Padang

Tulisan ini saya kasih judul Perjalanan Impian Ke Padang. Kenapa ya?

Dulu waktu mahasiswa, lagi masa-masa seru-seruan ikut kegiatan ini itu. Ikut lomba karya ilmiah ini itu. Terhitung pernah mencoba mengajukan proposal untuk ikut serta lomba karya tulis ilmiah 2 kali dengan 2 kelompok yang berbeda. Terakhir, bersama teman-teman BKM (sebutan untuk kegiatan ekstrakurikuler di kampus), saya mengajukan proposal untuk ikut lombat program kreatif mahasiswa.  Kalau di 2 proposal sebelumnya belum (tidak) diterima, alhamdulillah yang ketiga ini diterima dengan sukses setelah menunggu setahun. 

Singkat cerita, kami merancang program pelatihan untuk anak-anak di daerah sub urban. Perancangan, pelaksanaan, sampai dengan penulisan laporan memakan waktu kurang dari setahun. Selama masa itu, saya ingat seorang teman yang seingat saya paling sering meyakinkan dan menebarkan optimisme kalau kami akan menang, namanya Resti. Tapi memang kami semua saling menularkan semangat dan optimisme, kalau program ini bakal lolos final dan kami bisa pergi ke Padang untuk mengikuti finalnya. Yeah... 

Setahun berlalu, dan kami sudah pasrah. Hehehe... Soalnya, dari 8 orang anggota kelompok kami, yang belum lulus tinggal dua orang, saya dan Ratna (teman seperjuangan di segala cuaca hihi). Yang lain sudah pada lulus dan bekerja pula. Di saat saya dan Ratna sedang kongkow berdua di kampus di sela-sela penyusunan skripsi kami, datanglah kabar gembira itu. Program kami diterima, dan masuk final. Yeahh...

Singkat cerita, setelah melalui berbagai proses  untuk bisa berangkat ke Padang, yang prosesnya juga cukup bikin deg-degan, karena diawal kemungkinan ngga semua orang di kelompok kami yang bisa berangkat karena masalah pembiayaan dan juga kendala dari beberapa teman yang sudah bekerja dan kuliah lagi (eh ini bacanya ngos-ngosan ya... hihihi), akhirnya kami toh bisa berangkat juga. Kami berangkat dengan 7 orang pasukan, karena salah satu teman ngga bisa meninggalkan pekerjaannya.

Nah... inilah perjalananya yang ngga terlupakan. Kami berangkat dengan maskapai penerbangan murah meriah (yang sekarang udah dinyatakan bankrut ituu), bersama ratusan peserta dari kampus kami tercinta. Kami berangkat dari Bandara Adi Sucipto Yogyakarta, transit di Bandara Soetta, Jakarta. Proses transit ituuu lumayan deg-degan. Sejak tiba di bandara kami punya waktu sekitar 6 - 8 jam (saya lupa tepatnya, udah lama bingits), dan kami seperti kebingungan menghabiskan waktu selama itu di Bandara. Akhirnya timbul ide gila. Kami memutuskan akan ke rumah saya yang jarak tempuhnya lewat sebetulnya hanya sekitar 1 - 1,5 jam. Jadi, kalau bolak-balik bandara - rumah saya menghabiskan waktu 2 - 4 jam. Hmm... kami ngga tahu kalau keputusan itu adalah keputusan yang 'salah' hihihi....

Perjalanan Bandara - rumah saya relatif lancar jaya. Sampai rumah, ngga banyak yang kami lakukan, selain sholat, makan, dan ngobrol sebentar ditemani ibu saya. Lalu ibu menyarakan kami segera berangkat, dan lebih baik menghabiskan sisa waktu di bandara. Karena ada kemungkinan macet. Iya... macet. Dan itulah yang terjadi. 

Macetnyaaa ngga kira-kira oiy. waktu sudah tinggal sekitar sejam lagi, dan kami terjebak macet di jalan tol yang kalau pun jalan cuma semeter-semeter dan jeda berhentinya pun lamaa. Awalnya kami masih bisa saling bercanda, dan mengeluh tentang macetnya. Tapi.. jam terus berdetak, semakin dekat dengan jadwal keberangkatan pesawat kami ke Padang. Suasana di mobil mulai hening, yang terdengar tinggal hela nafas khawatir masing-masing. Suasana di mobil makin mencekam setiap kali kami sadar waktunya semakin mepet. Kami sudah mulai berpikir buruk (atau mungkin hanya saya ya,) kalau kami bakalan batal ke Padang... Lagi-lagi pasrah, walau masih tetap berharap. Yang jelas, udara di dalam mobil yang berAC itu udah semakin pengap aja. Hihiii... entah karena ketegangan kami, atau karena penghuni di dalam mobil kebanyakan (ada 9 orang dalam mobil, termasuk ibu dan kakak yang menyetir). 


Entah keajaiban dari mana, kami tiba di ujung kemacetan. Dan kakak saya segera memacu mobilnya. Kami tiba di Bandara sudah melewati batas waktu check-in yang ditentukan, tapi keajaiban masih kami dapatkan karena kami masih bisa melewati proses check in dan mendapatkan boarding pass. Kami langsung berlarian menuju ruang tunggu dan pintu boarding, lalu berlarian menuju tangga pesawat, dan ketika kami sampai di pesawat, semua peserta sudah duduk dengan manisnya di tempat duduk masing-masing. 

Fuiiihhh... alhamdulillahhh.... 

Ternyata, kami bukan yang terakhir, masih ada kelompok lain yang belum naik. Walah-walah.... jadi pingin ketawa sendiri mengingat betapa tegangnya kami di dalam mobil tadi. 

Dan kami pun tiba di Padang, sudah malam. Setelah menghadiri acara pembukaan dan makan malam, kami diantar ke wisma tempat kami menginap. Ternyata, masih ada hal tak terduga yang muncul. Kelompok kami nyaris ngga dapat kamar untuk bermalam. Tapi untunglah masalah itu terselesaikan.

Acara final berlangsung di Universitas Andalas 3 hari. Wuih ternyata Unand itu yaa.. luasss banget. Dan bangunan kampusnya nyaris seragam, dan banyak hamparan rumput hijau di lahan yang berbukit-bukit landai. Rangkaian acara final diawali dengan pembukaan yang menyuguhkan acara tari-tarian daerah Sumatera Barat dan juga tarian dari daerah lain. Dan acara intinya adalah presentasi-presentasi program dari semua peserta. Dan kebetulan kami mendapat giliran untuk presentasi di hari terakhir.
Kampus Unand
Suguhan tari tradisional


Di hari terakhir, di malam penutupan, kami begitu yakin, kalau kami pasti mendapat juara, walaupun tetap menaruh hormat pada beberapa kelompok lain yang kami anggap sangat potensial jadi pemenang. Malam penutupan cukup menghibur. Tapi saya, ngga perhatian dengan hiburan yang disajikan, saya benar-benar ngga sabar menunggu pengumuman juaranya. Dan... tibalah saat diumumkan, juara 3, nama kami tidak di sebut, juara 2, belum juga disebut, dan juara 1.... Kami ... tidak disebut juga. Hihihi.... Kecewa? Tunggu... masih ada harapan untuk pemenang lomba poster ilmiah. Saya yakin poster ciamik karya Dila, bakal dapat juara. Tapi memang... kami belum ditakdirkan untuk juara di lomba ini.

Saat itu, saya merasa cukup kecewa, sepertinya beberapa teman lain juga sama. Walau saling memasang muka tabah. Heheh.

Jadi, perjalanan pra dan selama ke Padang ini memang ngga akan terlupakan. Ditambah lagi kami dapat kesempatan mengunjungi beberapa tempat wisata dan penjualan oleh-oleh di hari terakhir.

Kalau disuruh ngulang lagi perjalanan ini, saya sih mau banget. Tapi soal kena macet menuju Bandara mah diskip aja, jangan kejadian 2 kali. Hihihi....


Arsik Ikan Mas Perdanaku

Punya tetangga dari suku Batak, dan pintar masak. Dan baik hati. Kenapa?

Hari ini istimewa banget, pertama kalinya kesampaian untuk mencoba resep arsik ikan mas yang udah sejak lama pengen banget coba bikin. Arsik ini, makanan khas Batak, enak tanpa harus pakai minyak dan santan, tapi rasanya...hmmm ngga kalah sama gulai. Mas Zhafi sampai merasa perlu nambah 1 porsi lagi. Hmmm... Itu alasan kenapa saya pingin banget bikin arsik ini. Terlebih lagi, pernah ada teman yang pasang status kalau dia baru aja masak arsik. Hihihi... Jadi deh... tambah ngiler. Cuma memang, utuk bikin arsik perlu banget ada bumbu khusus, khas arsik, yang susah ditemui di sambarang pasar. Namanya andaliman. Bumbu ini, yang saya tahu dijual di pasar besar, seperti Pasar Senen kalau di Jakarta.

Nah, kebetulan, suka ngobrol sama tetangga depan rumah, kami memanggilnya Opung Rani (membahasakan si Hanan). Opung Rani kebetulan hari ini ke pasar beli ikan mas, mau masak arsik. Ya... langsung aja deh ya saya todong minta diajarin. Hihihi.... Dan Opung berbaik hati datang ke rumah untuk memandu saya bikin arsik ini.

Dan inilah arsik ikan mas versi Opung Rani.

Bumbunya apa aja?
Bumbu halus (harus haluss banget, karena kalau nggak, akan terasa pahit-pahitnya kata Opung):
10 butir bawang merah
3 siung bawang putih
5 cabe merah (untuk yang ngga suka pedas, kalau suka pedas, bisa tambahin lagi cabenya)
1,5 jari kunyit
6 butir kemiri
andaliman 


Cabik-cabik 4 lbr daun salam plus 2-3 daun jeruk

Bumbu yang digeprek:

4 batang serai digeprek
lengkuas 2 jari digeprek

garam
air jeruk nipis

Bahan utamanya 500 gr ikan mas

Cara bikinnya:
Haluskan semua bumbu halus. 
Jerang 1,5 liter air, setelah mendidih ikan mas dimasukkan. Lalu beri air perasan jeruk nipis dan garam. Selang beberapa menit, masukin bumbu halus. Masukin juga salam, lengkuas, serai dan daun jeruk. Masak dengan api besar sambil aduk-aduk bumbunya (ikannya jangan ikut keaduk), sampai airnya sedikit asat (berkurang).

Nah... kalau airnya udah tinggal sedikit, udah mulai bisa dinikmati, menemani nasi panas. Hmmm...


What Is Your Passion?

Quote yang paling menginspirasi: "I am stronger than my excuses".