Apa ya manfaat dan kelebihan dari tepung terigu, sampai-sampai
sekarang hampir setiap makanan pasti menggunakan tepung terigu sebagai bahan utama
ataupun bahan campurannya. Dan kenapa terigu ngga direkomendasikan untuk
dimakan setiap hari? Apa pula hubungannya dengan ketahanan pangan nasional?
Sejak tahu anak sulung saya punya masalah alergi, saya
mencari info sebanyak-banyaknya tentang masalah yang dideritanya. Apalagi, anak
kedua saya mengalami keterlambatan tumbuh kembang karena sakit yang cukup lama
di awal-awal tahun pertumbuhannya. Saya pun makin rajin mencari info dan
belajar tentang kesehatan dan pola hidup sehat.
Terakhir, saya bergabung dengan sebuah grup di Facebook yang
mengkampanyekan pola makan food combining.
Pola makan ini dasar-dasarnya sebenarnya sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Di grup itu, saya mengenal bahwa apa yang kita makan, bagaimana memakannya, dan
kapan memakannya berpengaruh pada kesehatan pencernaan dan kesehatan seluruh
tubuh. Saya pun jadi tahu, bahwa salah satu bahan makanan yang sebenarnya punya
dampak buruk untuk tubuh adalah tepung terigu.
Waduh… padahal aslinya saya doyan banget makan roti-rotian
dan cake, yang notabene bahan utamanya
adalah tepung terigu. Kadang, sehari bisa 3 kali makan roti tawar diolesi selai
atau ditaburi meises. Dan tahu sendiri kan, kalau sekarang sepertinya hampir
semua makanan yang dijual di supermarket selalu mengandung tepung terigu, baik
sebagai bahan utama ataupun sekedar bahan tambahan.
Terigu = gandum ?
Tepung terigu itu ya gandum. Tapi kok ada roti tawar putih
dan roti tawar gandum? Sebetulnya sama ngga sih? Jadi, terigu itu berasal dari
tanaman gandum. Gandum itu jenis biji-bijian. Gandum terdiri dari 3 bagian
yaitu bran, lembaga, dan endosperm. Bran dan lembaga mengandung nutrisi dan serat
yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Sedangkan endosperm yang merupakan
bagian terbesar dari gandum mengandung pati, air, dan protein. Untuk pengolahan
menjadi tepung terigu, hanya bagian endosperm inilah yang akan dimanfaatkan.
Manfaat Tepung Terigu
Terigu banyak dipakai sebagai bahan pembuatan aneka makanan.
Mie, pasta, kue kue kering, roti, dan sebagai bahan pencampur dan pelekat
makanan. Kelebihan dari terigu ini adalah pada kandungan gluten yang terdapat di
dalamnya membuat terigu mudah sekali diaplikasikan sebagai bahan pencampur
makanan apapun. Gluten bersifat lengket, mengikat air, dan kedap udara, membuat
adonan kenyal dan dapat mengembang. Karena itu, pembuatan mie dan roti harus
menggunakan tepung terigu.
Terigu dan Kesehatan
Pemrosesan biji gandum menjadi terigu telah menghilangkan
banyak kandungan nutrisi dan mengalami banyak percampuran kimia. Makanya,
gandum yang sudah diolah dan diproses menjadi tepung terigu sebenarnya nyaris
tidak memberi manfaat apapun bagi tubuh kecuali asupan karbohidrat, kalori, dan
protein yang adalah gluten itu sendiri.
Nah soal karbohidrat ini, pasti kalau yang punya masalah
diabetes udah membatasi juga mengkonsumsi makanan dari terigu, seperti
roti-rotian, cake, kue kering, walaupun tanpa gula. Misalnya, kalau kepingin
roti tawar, lebih baik pilih roti tawar gandum bukan roti tawar putih.
Kenapa?
Karena terigu dan olahannya memiliki indeks glikemik yang tinggi. Artinya,
bahan
makanan ini sangat cepat diubah menjadi gula, sehingga cepat menaikkan
level gula darah dalam tubuh. Berbeda dengan roti berbahan tepung gandum utuh.
Gandum utuh tidak kehilangan kulit dan lembaganya. Sehingga masih banyak
mengandung serat dan nutrisi dan lambat diubah menjadi gula.
Belakangan, penelitian merilis pula, konsumsi roti tawar
putih secara rutin setiap hari, memicu tumbuhnya sel-sel tumor atau kanker. Nah
loh … kenapa? Karena yang pertama, IGnya yang tinggi akan meningkatkan kadar
gula dalam tubuh, lalu mengaktiviasi sel-sel kanker dalam darah. Kedua … yaa,
karena gula adalah makanan kesukaan sel kanker.
Terigu dan Gangguan
Pencernaan
Kandungan gluten pada terigu bisa dibilang sebagai
kelebihan, tapi bisa juga menjadi kekurangan. Gluten adalah protein lengket yang
tidak ramah pada sistem pencernaan manusia. Bagi yang tidak punya masalah
alergi, seliak, atau intoleransi gluten, mungkin akibat buruknya tidak segera
terasa. Tapi sebenarnya, jika dikonsumsi rutin setiap hari, gluten dalam terigu
ini dapat berakibat buruk pada pencernaan untuk jangka panjang.
Gluten yang lengket ini lambat sekali dicerna di dalam
tubuh. Kalau karbohidrat lainnya hanya membutuhkan 2 jam, protein hewani
membutuhkan 4 jam, gluten membutuhkan 6 jam untuk bisa dicerna dalam tubuh. Bahkan
sampai 3 hari, tergantung seberapa banyak asupan terigu ke dalam tubuh. Masalahnya
adalah, enzim pencerna dalam tubuh hanya bekerja paling lama 4 jam saja. Karena
itu, gluten pun tidak dapat tercerna dengan sempurna. Akibatnya membusuk dan
menghambat jalannya saluran pencernaan untuk melakukan penyerapan nutrisi dan
pembuangan zat-zat sisa.
Terlalu banyak tumpukan gluten pada pencernaan pada akhirnya
menyebabkan proses pencernaan tidak lancar hingga memicu berbagai penyakit.
Seperti kanker usus besar, GERD, sembelit daan sebagainya.
Efek buruk gluten semakin tampak pada orang-orang yang punya
toleransi rendah terhadap gluten, yaitu penderita celiac desease, beberapa anak
dengan autis, atau orang dengan alergi gluten.
Terigu dan Ketahanan
Pangan Nasional
Wuih… berat ya… dari persolan dapur bisa jadi persoalan
skala nasional. Apa pula urusannya?
Hehehe …
Jadi, udah tahu dong, terigu itu dibuat dari apa. Iya betul!
Tanaman gandum. Pabrik terigu mah Indonesia punya. Dan sering kita dapati
produknya bahkan di minimarket retail. Tapi gandumnya dari mana?
Kebutuhan pemakaian terigu di negara kita ini semakin tahun
semakin meningkat. Bisa sampai 300.000 ton dalam 1 bulan. Wow banget ya! Masalahnya
… bahan baku pembuatan terigu, yaitu gandum, masih 100% import lho. Dan bahan
pangan yang paling tinggi jumlah yang diimport adalah gandum. Kalah deh beras
dan lainnya. Kenapa import 100%? Karena kondisi lahan negeri kita yang
berbukit-bukit dan iklim Indonesia secara alami ngga bisa mendukung tumbuhnya
gandum dengan subur. Tumbuhan gandum membutuhkan iklim subtropis untuk dapat
tumbuh dengan baik. Sedangkan Indonesia tau sendiri ya, iklimnya tropis.
Memang ada beberapa ladang gandum di Indonesia, tapi baru
sebatas ladang percontohan saja, belum bisa mensupport kebutuhan gandum di
Indonesia. Jadi, berarti untuk masalah terigu ini, kita masih bergantung 100%
import. Nah, kalau import berarti negara kita bukannya mendapatkan devisa,
malah kehilangan devisa negara dong, ya.
Diet Terigu
Nah, demi alasan kesehatan juga alasan ketahanan pangan
nasional (ehem), ngga ada salahnya kita mulai mengurangi konsumsi tepung terigu
ini.
Tapiii … memang ngga mudah ya menghilangkan kebiasaan kita
untuk mengonsumsi makanan-makanan berbahan dasar tepung terigu itu. Saya pun
masih berjuang mengurangi konsumsi terigu ini. Berhasil di rumah karena saya
usahakan untuk ngga menyetok makanan berbahan terigu. Tapi kalau sudah keluar
rumah, bertamu ke rumah siapa, atau main kemana, kadang situasi kepepet bikin
diet terigu ini rada berantakan.
Tapi … setidaknya kita bisa mengurangi konsumsi terigu
dengan berbagai cara:
- Tidak mengonsumsi mie, roti, cake, kue kering, biskuit,
dan lainnya (hmmm aduh susah nih). Ganti dengan mengonsumsi kue-kue tradisional
seperti lemper, arem-arem, kue mangkok.
- Mengganti tepung terigu dengan tepung yang
berbahan baku lokal. Seperti tepung beras, tepung mocaf, tepung
singkong/tapioka, tepung ganyong, tepung sorghum, maizena.
Sekarang kan udah banyak, yah, resep-resep cake dan kue kering yang bahan
bakunya tanpa terigu. Tinggal browse di google dengan kata kunci resep tanpa
gluten, dijamin bingung sendiri mau coba yang mana dulu. Biasanya, sebagai pengganti
terigu, digunakan tepung mocaf, atau campuran tepung beras-maizena-kanji, yang
menghasilkan olahan cake dan kuker dengan rasa dan tekstur yang sama seperti
cake/kuker dari tepung terigu.
Nah, apa kabarnya alergi si Sulung? Alhamdulillah, eksimnya
sih ngga separah dulu waktu masih sering makan roti dan biscuit-biskuitan. Sekarang,
jarang nyetok makanan-makanan seperti itu. Dia gatal-gatal kalau lagi stress aja.
Dan kondisi Hanan sekarang? Sehat, ceria aktif, walau masih mengejar
ketertinggalannya dalam kemampuan bicara.
Sesekali memang masih molos deh terigu masuk ke perut, tapi…
selama ngga setiap hari, dan diimbangi buah dan sayur, in syaa Alloh masih ngga
papa.
Wess, pokok'e temanya nih, Indonesia Sehat, Indonesia Kuat. *smile
Referensi:
http://www.dailymail.co.uk/health/article-411506/White-bread-increases-cancer-risk.html
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/09/13/impor-gandum-indonesia-ancaman-yang-belum-memasyarakat-592316.html