Sejak awal mencarikan sekolah untuk Zhafi, saya bertekad mencari sekolah yang ngga pake ujian masuk calistung. Saya bertekad ngga akan memaksa Zhafi bersekolah di sekolah dengan status unggulan, dengan sederet prestasi yang sifatnya akademis.
Bagi saya, sekolah di usia-usia 8 tahun pertama, haruslah yang membantu mengembangkan keterampilan sosial, moral, dan emosinya, bukan semata menitikberatkan kepada kemampuan akademis semata.
Saya mengalami masa yang sulit di usia SD, SMP, dan SMA. Dengan sifat yang kurang percaya diri ini, ditambah lagi dengan pendidikan di sekolah yang hanya mengajarkan hal-hal akademis semata, dengan guru-guru yang dingin, makin mempersulit diri saya untuk bisa mengembangkan keterampilan sosial. Dan saya terpuruk menjadi pribadi yang labil, mudah sensitif, dan pada puncaknya, pernah mengalami depresi kecil ketika kuliah dan setelah berkeluarga. Semua bermuara pada satu masalah: ketidakmampuan saya untuk bersosialisasi secara optimal.
Saya memang memiliki prestasi yang tidak mengecewakan dalam bidang akademis. Selama SD masih dalam peringkat 10 besar, SMP dan SMU pun begitu. Dan alhamdulillah bisa menepati janji masuk universitas negeri yaitu Gadjah Mada. Waktu penjurusan di SMA, saya bilang dengan mantap ke ibu bapak ingin masuk jurusan IPS, melenceng dari tradisi keluarga yang semuanya masuk jurusan IPA. Dan pada waktu itu, jurusan IPS masih dipandang sebelah mata, dianggap jurusan anak yang ngga pinter. Tapi saya menjanjikan ke bapak Ibu, saya masuk IPS, tapi nanti kuliah di UGM. Ibu pun mengangguk-angguk. Dan alhamdulillah janji itu bisa saya tepati.
Di masa kelas 3, adalah masa paling menyenangkan, dibandingkan kelas 1 dan 2. Kenapa, sedikita alasannya saya ceritakan di tulisan saya sebelumnya.
Masa perkuliahan di UGM adalah masa yang paling indah buat saya. Mungkin karena saya pertama kalinya terbebas dari 'pengekangan' orangtua. Ya, saya selalu dianggap serba ngga bisa oleh orangtua, dan selalu disediakan fasilitas ini itu karena orangtua ngga percaya sama kemampuan saya.
Tapi ketika kuliah, bertemu dengan teman-teman yang baik, yang sangat humanis, yang jarang aku temui selama sekolah, membuat saya lebih bisa percaya diri dalam bergaul, setidaknya di lingkungan kampus. Atau mungkin, saya ngga berkesempatan bertemu dengan orang-orang seperti itu karena keterbatasan pergaulan saya.
Hal yang saya syukuri adalah, orangtua dalam hal memberikan pilihan sekolah di mana, ataupun siapa jodohnya, orangtua memberiku kebebasan. :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Haii emak, bapak, ibu, adik, abang, neng, uda, uni, akang, teteh, mas, dan mbak, tinggalkan komentar dan jejakmu yaa... saya senang sekali kalau bisa berkunjung ke rumah maya milikmu. Salam BW ^_^