Zhafi demi melihat ibunya mulai utek-utek di dapur,
bertanya, “Bu mau bikin kue lagi yaa?? Kue apa?”
“Nagasari, kue pisang itu lhoo...”
“Ihhh asiikk! Eh ibu kayak koki aja deh, masak tiap hari”
Haha.... antara seneng dan malu juga dengar komentar Zhafi. Soalnya
nih, kalau ngga karena kepepet lagi kontrol makanan buat anak-anak, terutama
Zhafi yang habis sakit kemarin, haduhh... mungkin ngga ada cerita masak-masak
dan bikin kue serajin ini. tinggal beli roti tawar, meises, atau jajan pasar. Beres.
Balik lagi ke nagasari. Cuma, memang ya bikin adonan dengan
campuran tepung tapioka di dalamnya itu gampang-gampang susah. Harus cari trik
gimana supaya adonan tapioka, beras dan santan itu bisa mulus ngga
brindil-brindil. Itu kejadian juga sama acara bikin nagasari kemarin. Setelah
campuran tepung tapioka dan tepung beras dimasukan kedalam santan yang sudah
mendidih, meskipun saya mengikuti resepnya untuk mengecilkan api, tetap aja
begitu campuran tepung dimasukkan, terjadilah gumpalan-gumpalan yang berakhir
manis menjadi adonan yang mbrindil, ngga semulus sewaktu membuat bubur sumsum
tempo hari.
Belum lagi, belakangan saya sadar lupa memasukkan gula dan garam
kedalam santan tadi. Whoaa.... panik gimana yaa? Akhirnya terpikir jalan
pintas. Mencairkan gula dengan tambahan air.
Singkat kata, ternyata setelah adonan dimasukkan ke dalam
daun pisang dan dikukus, begitu dibuka, lumayan juga sih... walau makannya
harus pakai sendok karena sepertinya kurang padat. Tapi soal rasa.... yang
pasti Zhafi bilang... “Enakkkk, Buuu... !”
Ahh lega deh, padahal kalo menurut saya siih, agak terlalu manis
dan kurang gurih. Catatan ke depan, mungkin mengurangi sedikit takaran gulanya,
dan menambah sedikit garam.... ehmm bener ngga ini? Maklum tukang masak amatir.
Jadi ini ya resepnya
Nagasari Pisang
Sumber: sajiansedap.com
Bahan-bahannya:
250 gr tepung beras
100 gr tepung tapioka
250 gr gula pasir
Garam secukupnya
700 ml santan dengan kekentalan
sedang dari ½ butir kelapa
Daun pandan (ini optional ya,
saya ngga pake karena ngga punya pohonnya)
Daun pisang untuk membungkus
Dan tentunya pisang kepok atau pisang raja yang sudah matang
Cara membuatnya:
Santan dipanaskan bersama gula dan garam sambil terus diaduk-aduk
sampai tangannya tidak tahan lagi dengan panasnya, (tidak sampai mendidih). Saatnya
mencampur tepung beras dan tapioka dengan sebagian santan, lalu adonan tepung
dan santan dimasukkan kedalam sanatan yang telah dimasak tadi. Aduk rata, masak
lagi dengan api kecil sambil diaduk-aduk. Nah... di saat inilah terjadi
gumpalang ituhh... saya jadi berpikir, mungkin sebaiknya santannya saya diamkan
sebentar sampai agak dingin, baru dimasukkan adonan tepung dan diaduk sampai
rata, baruk api dinyalakan lagi, mungkin hasilnya teksturnya lebih mulus
(mungkin...). Kalau ada yang punya tips, silakan dishare di sini yah.
Selanjutnya siapkan daun pisang yang sudah dibersihkan,
masukkan sedikit adonan, taruh satu iris pisang lalu tutup lagi dengan adonan
baru kemudian bungkus dengan gaya yang silakan seperti apa modelnya, asal rapih
aja hihihi.
Setelah semua adonan selesai dibungkus, kukus sekitar 20
menit, lalu angkat.
Hasilnya... alhamdulillah, enak lah.
Malamnya, ketika ayahnya pulang, Zhafi sampai berkali –kali kasih
tahu ayahnya, “Yahh ituu ada kue pisang. Enak bangett... “ Hiks... ternyataa
saya bisa masakk sodara-sodaraah.... *lebay
Maaf itu poto nggak banget yaa... lagi ngga punya kamera huhuhu harii gini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Haii emak, bapak, ibu, adik, abang, neng, uda, uni, akang, teteh, mas, dan mbak, tinggalkan komentar dan jejakmu yaa... saya senang sekali kalau bisa berkunjung ke rumah maya milikmu. Salam BW ^_^