Wah..rada ngga nyambung sama pemasaran ya, judulnya :).
Tapi…kalau yang punya background ilmu pemasaran, atau yang sekarang ini lagi tertarik mempelajari strategi pemasaran untuk kelancaran bisnisnya, pasti tahu apa yang dimaksud di judul di atas.
Sekitar 3 tahun terakhir ini, di dunia pemasaran muncul konsep strategi pemasaran yang dibedakan secara ekstrim, yaitu Blue Ocean Strategy dan Red Ocean Strategy. Apa itu?
Blue Ocean Strategy --atau kalau mau dibahasakan ke Indonesia, ya seperti judul di atas itu-- artinya adalah strategi pemasaran yang dilakukan dengan cara menciptakan pasar baru. Atau memasarkan produk hasil inovasi yang belum ada pesaingnya ke pangsa pasar yang masih perlu dibentuk, dengan aturan main yang juga belum terbentuk dengan baku.
Dalam kaitannya dengan pangsa pasar yang belum terbentuk, bukan berarti pasar itu tidak ada. Sebenarnya tanpa disadari banyak pebisnis/pemasar, permintaan (demand) terhadap suatu produk sudah ada, namun tidak muncul ke permukaan. Demand atau permintaan itu bisa jadi terlihat dalam wujud kebutuhan akan solusi terhadap permasalahan yang cukup menyentuh calon konsumen, namun belum ada pebisnis yang jeli menyediakan solusi tersebut. Jangankan pebisnis, bahkan calon konsumen itupun kadang tidak menyadari bahwa ia membutuhkan ‘produk’ itu. Pebisnis yang jeli akan menangkap isu tersebut, dan menciptakan solusi terhadap kebutuhan itu dengan menciptakan suatu produk yang belum ada di pasaran (baca: belum ada pesaingnya).
Salah satu contoh menarik dari perusahaan yang menerapkan strategi pemasaran ini adalah ditemukannya air mineral kemasan botol plastik. Zaman dulu, kalau ingin minum harus dari wadah yang berbentuk botol beling atau gelas beling. Botol beling bisa dibawa kemana-mana, tapi tidak praktis, dan kalau airnya sudah kosong, hanya akan bikin berat tas saja ya. Muncullah Aqua dengan kemasan botolnya, yang dengan praktis botolnya bisa kita buang jika isinya sudah habis. Nilai yang muncul di sini adalah kepraktisan dan biaya yang relatif murah (daripada membeli air dalam botol permanen –memang ada ya?)
Berbeda halnya jika kita melayari Samudera Merah. Jika masih berpegang pada strategi pemasaran Samudera Merah ini, dibutuhkan banyak cara untuk melakukan promosi agar produk A terlihat menonjol dan berbeda di banding produk B, C, dan seterusnya, karena persaingan yang ada sudah sangat ketat. Dalam kondisi seperti ini, muncullah persaingan (cenderung ke peperangan) harga, inovasi-inovasi dan differensiasi produk yang kurang bernilai bagi konsumen. Inovasi sebatas pada penambahan aksesoris saja, kurang menyentuh nilai fungsional atau estetika produk yang diinginkan konsumen. Laba diperebutkan oleh pebisnis yang bersaing itu, hingga yang terpikirkan oleh pebisnis adalah bagaimana mengalahkan kompetitornya. Kondisi ini bisa kita lihat pada persaingan operator seluler di Indonesia.
Resource Lengkap:
http://www.blueoceanstrategy.com/
Tapi…kalau yang punya background ilmu pemasaran, atau yang sekarang ini lagi tertarik mempelajari strategi pemasaran untuk kelancaran bisnisnya, pasti tahu apa yang dimaksud di judul di atas.
Sekitar 3 tahun terakhir ini, di dunia pemasaran muncul konsep strategi pemasaran yang dibedakan secara ekstrim, yaitu Blue Ocean Strategy dan Red Ocean Strategy. Apa itu?
Blue Ocean Strategy --atau kalau mau dibahasakan ke Indonesia, ya seperti judul di atas itu-- artinya adalah strategi pemasaran yang dilakukan dengan cara menciptakan pasar baru. Atau memasarkan produk hasil inovasi yang belum ada pesaingnya ke pangsa pasar yang masih perlu dibentuk, dengan aturan main yang juga belum terbentuk dengan baku.
Dalam kaitannya dengan pangsa pasar yang belum terbentuk, bukan berarti pasar itu tidak ada. Sebenarnya tanpa disadari banyak pebisnis/pemasar, permintaan (demand) terhadap suatu produk sudah ada, namun tidak muncul ke permukaan. Demand atau permintaan itu bisa jadi terlihat dalam wujud kebutuhan akan solusi terhadap permasalahan yang cukup menyentuh calon konsumen, namun belum ada pebisnis yang jeli menyediakan solusi tersebut. Jangankan pebisnis, bahkan calon konsumen itupun kadang tidak menyadari bahwa ia membutuhkan ‘produk’ itu. Pebisnis yang jeli akan menangkap isu tersebut, dan menciptakan solusi terhadap kebutuhan itu dengan menciptakan suatu produk yang belum ada di pasaran (baca: belum ada pesaingnya).
Salah satu contoh menarik dari perusahaan yang menerapkan strategi pemasaran ini adalah ditemukannya air mineral kemasan botol plastik. Zaman dulu, kalau ingin minum harus dari wadah yang berbentuk botol beling atau gelas beling. Botol beling bisa dibawa kemana-mana, tapi tidak praktis, dan kalau airnya sudah kosong, hanya akan bikin berat tas saja ya. Muncullah Aqua dengan kemasan botolnya, yang dengan praktis botolnya bisa kita buang jika isinya sudah habis. Nilai yang muncul di sini adalah kepraktisan dan biaya yang relatif murah (daripada membeli air dalam botol permanen –memang ada ya?)
Berbeda halnya jika kita melayari Samudera Merah. Jika masih berpegang pada strategi pemasaran Samudera Merah ini, dibutuhkan banyak cara untuk melakukan promosi agar produk A terlihat menonjol dan berbeda di banding produk B, C, dan seterusnya, karena persaingan yang ada sudah sangat ketat. Dalam kondisi seperti ini, muncullah persaingan (cenderung ke peperangan) harga, inovasi-inovasi dan differensiasi produk yang kurang bernilai bagi konsumen. Inovasi sebatas pada penambahan aksesoris saja, kurang menyentuh nilai fungsional atau estetika produk yang diinginkan konsumen. Laba diperebutkan oleh pebisnis yang bersaing itu, hingga yang terpikirkan oleh pebisnis adalah bagaimana mengalahkan kompetitornya. Kondisi ini bisa kita lihat pada persaingan operator seluler di Indonesia.
Resource Lengkap:
http://www.blueoceanstrategy.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Haii emak, bapak, ibu, adik, abang, neng, uda, uni, akang, teteh, mas, dan mbak, tinggalkan komentar dan jejakmu yaa... saya senang sekali kalau bisa berkunjung ke rumah maya milikmu. Salam BW ^_^