7 Jun 2013

Pengembangan Karakter Itu dari Kecil...

Sejak awal mencarikan sekolah untuk Zhafi, saya bertekad mencari sekolah yang ngga pake ujian masuk calistung. Saya bertekad ngga akan memaksa Zhafi bersekolah di sekolah dengan status unggulan, dengan sederet prestasi yang sifatnya akademis.

Bagi saya, sekolah di usia-usia 8 tahun pertama, haruslah yang membantu mengembangkan keterampilan sosial, moral, dan emosinya, bukan semata menitikberatkan kepada kemampuan akademis semata.

Saya mengalami masa yang sulit di usia SD, SMP, dan SMA. Dengan sifat yang kurang percaya diri ini, ditambah lagi dengan pendidikan di sekolah yang hanya mengajarkan hal-hal akademis semata, dengan guru-guru yang dingin, makin mempersulit diri saya untuk bisa mengembangkan keterampilan sosial. Dan saya terpuruk menjadi pribadi yang labil, mudah sensitif, dan pada puncaknya, pernah mengalami depresi kecil ketika kuliah dan setelah berkeluarga. Semua bermuara pada satu masalah: ketidakmampuan saya untuk bersosialisasi secara optimal.

Saya memang memiliki prestasi yang tidak mengecewakan dalam bidang akademis. Selama SD masih dalam peringkat 10 besar, SMP dan SMU pun begitu. Dan alhamdulillah bisa menepati janji masuk universitas negeri yaitu Gadjah Mada. Waktu penjurusan di SMA, saya bilang dengan mantap ke ibu bapak ingin masuk jurusan IPS, melenceng dari tradisi keluarga yang semuanya masuk jurusan IPA. Dan pada waktu itu, jurusan IPS masih dipandang sebelah mata, dianggap jurusan anak yang ngga pinter. Tapi saya menjanjikan ke bapak Ibu, saya masuk IPS, tapi nanti kuliah di UGM. Ibu pun mengangguk-angguk. Dan alhamdulillah janji itu bisa saya tepati.

Di masa kelas 3, adalah masa paling menyenangkan, dibandingkan kelas 1 dan 2. Kenapa, sedikita alasannya saya ceritakan di tulisan saya sebelumnya.

Masa perkuliahan di UGM adalah masa yang paling indah buat saya. Mungkin karena saya pertama kalinya terbebas dari 'pengekangan' orangtua. Ya, saya selalu dianggap serba ngga bisa oleh orangtua, dan selalu disediakan fasilitas ini itu karena orangtua ngga percaya sama kemampuan saya.

Tapi ketika kuliah, bertemu dengan teman-teman yang baik, yang sangat humanis, yang jarang aku temui selama sekolah, membuat saya lebih bisa percaya diri dalam bergaul, setidaknya di lingkungan kampus. Atau mungkin, saya ngga berkesempatan bertemu dengan orang-orang seperti itu karena keterbatasan pergaulan saya.

Hal yang saya syukuri adalah, orangtua dalam hal memberikan pilihan sekolah di mana, ataupun siapa jodohnya, orangtua memberiku kebebasan.  :))

4 Jun 2013

Tips Bagi Orang Pemalu dan Sulit Bergaul

Dari dulu kalau ditanya apa kelemahan saya yang paling dirasa mengganggu. Jawabannya adalah pemalu dan sulit bergaul. Yap, saya dulu sejak TK hingga SMU adalah sosok paling tidak percaya diri, pemalu dan sulit bergaul. Saya teringat betapa tidak percaya dirinya saya hingga memulai pembicaraan dengan saudara sepupu yang tidak terlalu akrab saja tidak berani. Ketika SD, sering kali waktu istirahat adalah waktu yang paling lama berlalu, karena ketika istirahat saya hanya bisa duduk sendiri di dalam kelas sementara teman-teman asyik bercanda di luar kelas atau di kantin. Wah... kalau mengingat situasi itu, sedih sekali rasanya.

Tapi, ketika duduk di bangku kelas dan 3 SMA, saya mulai bisa membuka diri. Mungkin juga karena saya bertemu dengan teman SMA yang cukup gaul di sekolah tapi masih mau bergaul dengan saya yang kuper waktu itu. Dengannya, saya bisa punya kesempatan untuk lebih dekat dengan teman-teman lainnya. Dan semakin mendapatkan rasa percaya diri untuk bergaul ketika saya kuliah di luar kota, di mana saya bertemu dengan banyak teman yang sangat suportif, juga banyak mendapat kesempatan untuk bisa aktif berorganisasi.

Saya mau membagikan beberapa tips bagi yang bersifat pendiam dan sulit bergaul. Sifat seseorang itu terbentuk dari 2 hal yaitu karakter dasar kepribadian kita yang kemudian didukung juga dengan pengaruh lingkungan utama tempat orang itu dibesarkan. Misalnya orang dengan sifat yang pendam dan sulit bergaul itu mungkin memang punya karakteristik dasar orang yang sensitif atau perasa, ditambah dengan kondisi lingkungan keluarga yang kurang memberikan ruang baginya untuk bisa lebih terbuka. Atau ada suatu peristiwa yang bisa membuatnya merasa tidak percaya pada orang lain.

Ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengatasi sifat pemalu dan sulit bergaul ini:
  1. Coba telusuri apa kira-kira peristiwa yang membuat kamu trauma untuk percaya kepada orang lain. Bukan untuk mengungkit masa lalu dan jadi dendam pada orang yang melukaimu, melainkan untuk memberikan kesempatan buat kita menerima apa yang sudah terjadi di masa lalu, dan memaafkan apa yang sudah terjadi. Menjadi ikhlas dan memaafkan bisa membuat kita menerima diri kita sepenuhnya. 
  2. Cobalah untuk selalu berpikir positif terhadap diri sendiri. Kita dilahirkan ke dunia ini untuk suatu alasan yang penting. Jadi kehadiran kita di dunia ini memang penting. Dengan kita berpikir positif terhadap diri sendiri, kita akan merasa kebih percaya diri ketika berhadapan dengan orang lain. Hal ini tidak bisa satu dua kali saja dilakukan. Kita perlu membiasakannya, caranya setiap bangun pagi,ketika belum bergerak dari tempat tidur, selalu cari hal positif apa yang sudah kamu dapatkan hari kemarin dan ucapkan rasa syukur dan terimakasih pada Allah sang pencipta.
  3. Cobalah juga untuk berprasangka baik terhadap orang lain. Pada dasarnya setiap orang itu punya kebaikan hati. 
  4. Coba untuk membuat hubungan pertemanan dengan orang-orang baru

What Is Your Passion?

Quote yang paling menginspirasi: "I am stronger than my excuses".