Saat itu di Yogyakarta bulan Maret 2004
“Kita sebaiknya ngga bertemu dulu untuk beberapa waktu.”
Pernyataan itu bikin hati gusar. Tetiba laki-laki yang
selama ini dekat dengan saya, memutuskan untuk menyudahi sementara hubungan
kami, sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Dan yang lebih menggalaukan hati, kejadian
itu terjadi beberapa minggu sebelum hari ulang tahun yang ke 22.
Apakah saya sedih? Sakit hati? Seinget saya ngga terlalu
sedih juga , sih. Hati ini udah yakin dia yang akan jadi jodoh saya. Dialah
calon imam bagi saya nanti *eeaaa…. Jadi saya yakin aja, kalau memang berjodoh
pasti akan dipertemukan lagi. Kalau engga ya, udah kehendak Dia.
Tapi bingung iya. Bingung, gimana nanti menghabiskan hari
ulang tahun. Gimana nanti kalau ngga sengaja ketemu di kampus, karena kami
berdua jadi dekat karena berkuliah di universitas dan fakultas yang sama.
Saya jalani saja hari-hari dengan berfokus pada kuliah dan
kegiatan kampus. Sesekali bertemu mata dengannya di kampus, saya hanya bisa
tersenyum. Dan hari ulang tahun pun saya pun mendapat kejutan kecil dari
sahabat-sahabat. Jadi saya bisa segera move on.
Ternyata ada kejutan lain. Ibu menelpon dari Jakarta. Kata
beliau ada pengiriman paket dari Yogya tapi tak bernama. Paketnya berat
dan tebal. Saya heran, paket dari siapa, ya? Saya hanya berpesan, tolong
disimpan saja, ya Bu. Nanti saya buka kalau pas pulang libur panjang. Rasa penasaran
sering muncul, apa isinya dan siapa gerangan pengirim paket itu ya.
Hingga tiba saat liburan, dan saya pulang ke rumah di
Jakarta. Tak sabar rasanya ingin segera sampai rumah dan membuka paketnya. Paket
tebal dan berat itu ternyata adalah buku novel legendaris Musashi yang ditulis
oleh Hidetsugu “Eiji” Yoshikawa. Di dalamnya terselip surat
bertanda tangan dari laki-laki yang selama ini saya yakini jodoh saya. Saya pun
bertanya-tanya, apa gerangan ya maksud dibalik kado yang berat dan tebal ini.
Novel setebal 900an halaman itu memang berat
dan tebal. Untungnya saya suka membaca,
dan saya nikmati saja lembar demi lembar halaman novel itu. Bagi yang bertanya-tanya
siapa tokoh Musashi ini, singkatnya, Musashi adalah tokoh nyata. Awalnya hidupnya
tanpa tujuan, namun menjadi pahlawan
setelah penggemblengan yang dialaminya.
Saya rasa itulah yang ingin disampaikannya
dari kado ini. Dia ingin mengingatkan saya tentang menemukan makna dan tujuan
hidup di usia saya yang ke 22 saat itu. Dan sejak itu, kado itu menjadi kado terindah bagi saya, hingga saat ini kami telah berkeluarga :).