25 Des 2013

Suvenir Akhir Tahun dari Monas


Si Sulungku  udah libur semester. Dan ibunya ini pun bingung mau kasi kegiatan apa aja ya selama 3 minggu ini. Yangtinya punya ide, diajak naik sado di kawasan Monas. Yaa, sebenernya udah beberapa kali Sulungku ini naik sepupunya sado, Mas Andong yang tinggal di Jogja. Jadi, tujuan terselubung ngajak naik sado mungkin karena Yangtinya penasaran naik kereta berkuda itu di tengah kota metropolitan Jakarta, sekaligus mem-pernah-kan Si Bungsu. Jadi, ibunya bujuk si Sulung, Mas... kamu bisa jadi gurunya Adek. J

Dengan penuh kepercayaan diri dan harapan, kami berempat, Yangti, Ibu, Mas, dan Adek berangkat ke Monas naik taksi. Sesampainya di sana... ada agenda terselubung lainnya. Ibu pengen ajak si Mas naik ke puncak Monas, yang manaaa Ibu sendiri seumur-umur belum pernah!

Tapii apa daya... cita-cita nan mulia harus pupus dan kandas. Setelah mengitari pinggiran Monas untuk sampai di pintu masuk, seorang Bapak Petugas menanyakan keperluan kami. Yaa.. anehnya si Bapak, jelas-jelas kami ke sini mau masuk ke dalam tubuh si Monas. Tapi Bapak itu dengan berwibawanya bilang kalau hari itu sedang ada jadwal pemadaman listrik dari PLN. Whatt? Dan ternyata sedang ada renovasi untuk bagian liftnya menuju puncak Monas, yang masih berlangsung sampai tanggal 31 Desember.

Okey... lupakan kami yang tinggal di Jakarta. Tapi demi melihat segerombolan anak SMP yang ada di sana dan dari percakapan antar mereka kelihatannya dari luar kota Jakarta, mungkin Sukabumi atau semacamnya (semoga tidak lebih jauh dari itu), tentunya saya ikut berempati kepada mereka. Jauh-jauh datang menembus jalanan Jakarta yang terbilang ‘tidak ramah’ karena kemacetannya, tentunya bukan hal yang menyenangkan. Dan mereka harus menerima kenyataan kalau mereka ngga bisa masuk ke dalam Monas. Semoga mereka menemukan tujuan wisata lain.

So... kami memutuskan langsung naik sado. Tapi sebelumnya, ibu ingin kasih pengalaman naik otopet untuk Si Sulung. Iya, otopet yang banyak disewakan di sekitar lapangan Monas itu. Yangti tadinya khawatir banget Si Mas ngga bisa jaga keseimbangan, jadi menyuruh Ibunya untuk berboncengan. Eh... belum sempat Ibunya naik... Si Sulungku itu sudah meluncur dengan cepatnya... Tinggal mulut ini tidak bisa ditahan untuk teriak, “Awaass pelan-pelan” sambil jantung berdeburan karena khawatir. Tapi demi melihat Si Sulung semakin asik dan santai mengendarai otopet, sepertinya ngga ada yang perlu dikhawatirkan lagi.

Ada satu peristiwa yang aku amati di sana. Di dalam lapangan Monas tersebut, berdiri tenda-tenda putih. Tampaknya seperti sehabis ada acara bazar atau pameran. Acara itu sudah selesai, tapi tenda-tenda itu masih banyak terpasang di sana. Dan di sekelilingnya, ada banyak yang ‘latah’ ikut-ikutan ‘pasang tenda’. Tenda terpal yang di sambung ke gerobak khas pedagang kaki lima. Ya, mereka para pencari rezeki yang mengandalkan hidup dari berdagang kaki lima tersebut seolah mendapatkan momentnya untuk berjualan di dalam lapangan Monas. Tidak lama, saya baru menyadari... truk-truk yang berdatangan dari tadi adalah truk milik Sat Pol PP. Bisa ditebak apa yang terjadi?

Dilematis yaa, di satu sisi kasihan dengan para pedagang kaki lima itu, namun di sisi lain, kalau mereka dibiarkan berjualan dengan bebas tentu akan mengganggu ketertiban dan keindahan kawasan itu.

Anyway, setelah waktu bermain otopet habis, kami berjalan ke arah lapangan parkir sambil celingak celinguk mencari kemana gerangan para kereta berkuda itu. Kok ngga menemukan satu lembar surai kudanya sekalipun.

Akhirnya, kami bertanya kepada seorang ibu pedagang kaki lima, yang kemudian menjawab dengan logat kental Madura (yang belakangan kusadari beberapa pedagang dan pencari rezeki di kawasan itu hampir semuanya berbicara dengan logat Madura). Menurut Bo Abo yang berjualan minuman dingin itu, belum lama ini Sado sudah ngga diizinkan lagi beroperasi di hari kerja. Hanya di hari Sabtu dan Minggu aja. Oh...Monas...

Kami senyum-senyum simpul tidak berhasil mewujudkan kedua harapan kami hari itu, yaitu naik ke puncak Monas dan naik Sado di seputaran Monas. Tapi... ada suvenir yang kami bawa pulang, sekedar mengingatkan bahwa pada bulan terakhir di tahun 2013 ini, kami sempat jenguk Monas sebentar, walau hanya melihat saja. Foto di Monas...



20 Des 2013

Rangkuman School of Co Parenting SCOPE) #2: Generasi Aqil Baligh

Rangkuman dari School of Parenting (Scope) yang diadakan oleh Sekolah Alam Tangerang (SAT) untuk wali murid SD kelas 1 SAT. Scope dilaksanakan Minggu tanggal 27 Oktober 2013, dengan pembicara konsultan pendidikan Bapak Adriano Rusfi (Pak Aad).

Generasi Aqil Baligh: Ciri, Karakter, Kompetensi, dan Manfaat

Kenapa Harus Aqil Baligh?
Ada ungkapan yang pernah diucapkan Bung Karno, yaitu:
“Beri aku 10 pemuda dan akan kuubah dunia”
Tapi tahukah jika bukan pemuda, tapi remaja yang disodorkan, mungkin quotenya akan berubah menjadi:
Beri aku 1 remaja, dan pusinglah aku dibuatnya.” Hehe...

Beda pemuda dengan remaja:
Pemuda: sudah matang secara fisik dan seksual, juga memiliki pemikiran yang matang, siap mengambil peran dan tanggung jawab, sudah merencanakan kehidupannya, dan sudah mulai bisa mandiri secara finansial.
Remaja: matang secara fisik, tapi masih belum punya rasa tanggung jawab, belum bisa memecahkan masalah atau mengambil keputusan, dan apalagi, masih sangat tergantung secara finansial kepada orangtua, bahkan ada yang sampai menyulitkan orangtuanya.

Ironis memang, tapi itulah fenomena yang muncul akhir-akhir ini dengan kehadiran remaja. (seperti yang sudah disampaikan pada materi SCOPE sebelumnya “Remaja: Dilema dan Petaka”).

Jadi, kenapa harus Aqil Baligh?
1.       Aqil dan Baligh adalah 2 sisi dari 1 mata uang
2.       Keduanya saling melengkapi
3.       Keduanya adalah cerminan keseimbangan antara akal dan nafsu
4.       Keduanya adalah kombinasi dari instink dan nurani
5.       Baligh sebagai ‘gas’ dan Aqil sebagai ‘rem’
6.       Aqil dan Baligh menandakan kematangan paripurna
7.       Karena manusia diciptakan mulia, lebih tinggi dari malaikat ataupun hewan.

Problem yang dihadapi kaum remaja, yaitu kelompok usia yang sudah baligh tapi belum aqil adalah, bisa melakukan tapi tidak bisa menanggung resikonya, atau bertanggung jawab atas konsekuensinya. Karena, mereka ini sudah terbit nafsunya, sudah mulai muncul gairah seksualnya, dan mungkin sudah meletup-letup ambisinya, karena sudah mulai mencapai tahapan perkembangan seksual yang menuju matang, tapi belum terbentuk akalnya, moralnya, kemampuan finansialnya, dan spiritualnya. Misalnya, saja yang paling memprihatinkan adalah terjadinya perilaku seks bebas atau zina di usia dini. Contoh lain adalah kasus tawuran antar pelajar, kasus kecelakaan seperti yang dialami Dul alias AQJ, anak dari pasangan musisi Ahmad Dhani dan Maia.

Tentang zina sendiri, jangankan remaja, orang yang sudah dewasa pun bisa tergelincir ke dalam perbuatan ini. Karena Zina tidak bisa diatasi hanya dengan iman, tapi dengan menjauhinya sedapat mungkin. Tidak ayat yang memerintahkan “jangan berzina”, melainkan, “jangan kau dekati zina”. Karena zina terjadi akibat adanya kesempatan pada ruang dan waktu yang tepat, dimana saat itu bahkan iman pun sulit bersaing dengan nafsu yang memang muncul secara alamiah.

Contoh kasus: Seorang guru ‘baik-baik’ kemudian menggauli siswinya yang juga tergolong perempuan ‘baik-baik’.

Dan zina sangat dekat dengan perilaku bunuh-membunuh. Jika situasi sudah terjepit, tak jarang zina berakhir pada kasus bunuh diri, bunuh pasangan zina, atau bunuh janin. Walaupun, ada juga yang pada akhirnya bisa ‘menata’ kembali kehidupan yang lebih baik.

Baligh harus diimbangi dengan Aqil. Jika tidak, maka yang muncul adalah petaka seperti yang dicontohkan di atas. Begitu juga sebaliknya, Aqil harus diimbangi dengan baligh. Jika tidak, maka tidak ada nafsu, tidak ada ambisi untuk maju dan membangun, instink untuk berjuang, dan cita-cita. Karena manusia bukan lah malaikat.

Manusia diciptakan mulia karena akal dan nafsunya. Karena jalan dosa itu perlu ada. Kita berpahala jika kita bisa menahan atau mengendalikan/mengelola diri dari dosa. Pahala disebabkan karena kita tidak melakukan dosa, sebagaimana pengertian dari hukum haram adalah jika dilakukan berdosa dan jika tidak dilakukan mendapat pahala.

Konsep itu bukan berarti kita boleh berbuat salah sama sekali. Berbuatlah salah tapi bukan berbuat dosa. Silakan melanggar, karena salah dan melanggar kaidah umum itu bagian dari terbentuknya kreativitas, tergantung hal apa yang dilanggar.
Kreativitas itu adalah jalan dosa yang dikelola dengan baik. Kreatif, bisa diartikan dengan bagaimana tujuan bisa tercapai tanpa berbuat dosa.

Tantangan Islam adalah melahirkan generasi kreatif. Karena baik saja tidak cukup, harus beda dan kreatif. Banggalah dengan kemanusiaan kita, karena disitulah letak kemuliaannya. Dimilikinya nafsu untuk berbuat, dan akal untuk mengarahkan apa yang akan dibuatnya dan bagaimana mencapainya.

Syari’ah dan Aqil Baligh
1.       Syari’ah adalah taklif atau beban. Dibutuhkan kemampuan untuk melakukannya.
2.       Syari’ah adalah kombinasi dan keseimbangan antara aturan dan kebijaksanaan
3.       Syari’ah adalah ajaran tentang bagaimana aqil mengelola baligh
4.       Agar ada syari’at di satu sisi, dan ada akal sehat dan nurani di sisi lain
5.       Agar seimbang antara aqil dan baligh
Ya, syariah memang beban, tapi jika aqil terbentuk akan muncul nilai dan pemikiran bahwa, “Allah tidak akan membebankan sesuatu kepada manusia kecuali sesuai dengan kemampuannya.”

Dasar dari munculnya syari’ah adalah bentuk untuk mencintai Allah. Janganlah menjadi hamba shalat, janganlah menjadi hamba puasa, atau hamba masjidil haram. Jadilah hamba Allah, yang dengan cinta kita padaNya kita bersedia untuk dibebankan kewajiban sholat, puasa, naik haji, dan sebagainya.

Dasar dari hukum syari’ah BUKAN MELAWAN hawa nafsu, tapi MENGENDALIKAN/MENGELOLA hawa nafsu.

Tentang fatwa yang dikeluarkan dari lembaga seperti MUI, tentang syar’i atau tidaknya sesuatu, kadangkala bisa menyesatkan. Fatwa tertinggi adalah hati. Karena hakikatnya, kebaikan adalah , apa yang membuat hati tenteram ketika melakukannya, dan keburukan adalah apa-apa yang ketika terbetik dalam hati, tapi tidak ingin diketahui orang lain.

Tantangan Masa Depan
1.       Akan banyak informasi yang membutuhkan kemampuan pengambilan keputusan secara akurat. Pengambilan keputusan membutuhkan kemampuan untuk membedakan dan menganalisis 4 hal:
-          Apakah penyebabnya
-          Apakah pemicunya
-          Apakah faktor pendukungnya,
-          Apa akibatnya
2.       Akan banyak tantangan moral yang membutuhkan pengendalian nafsu.
3.       Sebuah era penuh kompetisi yang membutuhkan kematangan
Usia SD adalah usia forming, bukan performing.
4.       Sebuah masa pengembangan IPTEK yang menghajatkan kualitas SDM
5.       Era kecerdasan emosional, sosial, dan spiritual

Empat fungsi otak:
1.       Gudang (tempat penyimpanan informasi)
2.       Perpustakaan (sumber referensi yang terorganisasi dengan rapih)
3.       Laboratorium (tempat bereksperimen dengan segala sumber informasi yang ada)
4.       Production House (tempat mengkreasi produk, ide, gagasan)

Pengertian
Aqil
Dewasa secara akal.
Akal adalah pertautan antara fikiran dan hati, yang menghasilkan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kemampuan berpikir, dan kreativitas.
Baligh
Dewasa secara fisik.
Kematangan seks primer dan sekunder
Berkembangnya naluri dan dorongan primitif
Tempat munculnya instink kehidupan (eros) dan instink kematian (tanathos) – nyali vs keberanian


DISKUSI
1.       Tentang kesulitan konsentrasi dan fokus menerima pelajaran pada anak usia SD.
Anak usia SD memang masanya belum bisa fokus atau konsentrasi dalam waktu yang lama. Dan satu hal yang perlu diingat, perkembangan manusia belum mencapai klimaksnya jika masih usia SD, sehingga sangat mungkin nanti bisa berubah dan diubah.

2.       Tentang apakah parameter aqil?
Aqil dapat dikenali dengan 3 ciri:
a.       Mampu bertanggung jawab
Dapat dilatih dengan cara, memberikan tanggung jawab secara bertahap, dimulai dari tugas kecil, lalu serangkaian tugas atau satu set pekerjaan. Misal, “tolong jaga adik, agar adik tetap aman dan nyaman sampai ayah bunda pulang.”
b.      Mampu mandiri, baik secara self help, maupun finansial
Anak dapat dilatih mencari uang sendiri dengan cara memberikannya tugas diluar tugas rutin/hariannya, dan berikan imbalan berupa uang.
c.       Mampu mengambil keputusan dengan akurat (atau mendekati akurat)
Latih anak untuk menentukan atau keputusan-keputusan dalam keluarga, misal: kakak mau menu apa buat besok. Atau kita mau pergi jalan-jalan ke mana hari ini? Bisa kita sempitkan pilihan dan biarkan anak yang menentukan. Atau anak yang menyodorkan pilihan, dan orangtua yang memilih.

               
3.       Tentang hubungan kakak adik sebagai partner belajar dalam kehidupan
Didik anak pertama sebaik mungkin, agar si sulung mampu mendidik dan mengajari adik-adiknya. Karena kakak dan adik adalah partner belajar paling pas untuk belajar tentang kehidupan. Jika mereka bertengkar, itu adalah proses belajar mereka yang unik. Dari pertengkaran kakak adik (sepanjang itu wajar), masing-masing belajar tentang menghadapi kehidupan.

4.       Tentang saudara sekandung yang berebut warisan hingga mengalami gangguan kejiwaan
Ada banyak hal yang bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan kejiwaan atau psikosis. Dalam hal ini, salah satunya bisa disebabkan karena belum tuntasnya tahapan perkembangan sebelumnya. Pembentukan individuasi, keakuan, egosentrisme, yang seharusnya muncul dan dikembangkan di usia SD harus dituntaskan di masa itu. Jika ditekan, atau tidak selesai, akan menjadi ‘hutang’ dan akan muncul di tahapan usia yang lebih tua, dan efeknya sangat buruk.

5.       Tentang kecepatan anak yang berbeda, dan bagaimana guru dan orangtua menyikapinya
Setiap anak punya gaya kecepatan yang berbeda. Ada yang bertipe sprinter, ada yang bertipe marathon, ada yang berubah antara sprint dan marathon. Dalam menyikapinya, disesuaikan dengan gaya kecepatan anak. Dari sekolah sendiri, di siasati dengan sistem sentra, dan menggabungkan anak-anak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

18 Des 2013

Resensi 99 Cahaya di Langit Eropa

Sama sekali ngga ada niat mau beli buku ini, tadinya. Well, sempat melirik demi melihat kata Eropa. Awalnya aku ngga mau beli karena keterbatasan budget. Tapi sewaktu akan membayar buku Rantau 1 Muara, dan melihat buku itu di meja kasir—yang kelihatannya lagi gencar dipromosikan bersamaan dengan sedang tayangnya film berjudul sama di bioskop--, saya ngga bisa menahan diri untuk membelinya. Bulu roma merinding, mungkin karena saya merasa buku ini mewakili impian saya jalan-jalan ke Eropa. Ternyata bukan sekedar tentang jalan-jalan ke Eropa yang didapat, tapi pelajaran sejarah yang enak dibaca. Sejarah yang makin membukakan mata saya tentang Islam yang rahmatan lil 'alamin.


Review saya tentang buku ini bisa dilihat di Booworm's Shelf

8 Des 2013

Jujur Itu Sederhana

Pagi ini, Si Bungsu tertarik dengan keramaian suara lagu anak-anak di pasar. Semakin tertarik ketika tahu suara lagu itu berasal dari wahana kereta-keretaan yang digelar setiap Minggu pagi di area pasar dekat rumah kami. Si kecil menarik-narik tangan saya ke sana, mengajak untuk melihat. Iya, hehe.. melihat. Karena dia tidak tertarik untuk menaiki wahana itu. Dia hanya suka melihat dan mendengarkan lagu-lagunya, sambil sesekali berjoget dan bertepuk tangan. Awalnya, saya hanya melihat pemandangan itu sebagai pemandangan biasa. Tapi... fokus saya kemudian tertuju pada abang-abang yang memiliki wahana itu, yang mengendalikan jalan dan berhentinya si kereta, yang memperhatikan ‘keselamatan penumpang-penumpang kecilnya’ dengan memakaikan sabuk pengaman sederhana, dan yang menerima uang-uang receh 2000an sebagai pengganti jasa hiburan kereta mini itu.

Di zaman sekarang ini, terutama di negara ini, saat semakin banyak orang mencari uang dengan cara yang aneh, tidak masuk akal, bahkan memakan jatah orang lain seperti mengkorupsi, bagi saya cara si abang-abang ini jauh lebih masuk akal, lebih lazim, dan lebih jujur. Si abang-abang ini tentu tidak bisa mengharapkan mendapat uang lebih dari Rp 2,000 setiap anaknya, paling banyak Rp 5,000 atau Rp 10,000. Itu kalau si anak mungkin ditinggal kelamaan ibunya ke pasar saking asiknya belanja :P.
Tapi itulah cara yang dipilih si Abang-abang ini untuk menjemput rezekinya. Tidak dengan cara lain yang tidak jujur.

Di kesempatan itu juga, saya melihat moment yang dalam pikiran saya, itu adalah peluang terjadinya kejujuran atau ketidakjujuran. Seorang bapak yang menitipkan anaknya di kereta-keretaan itu, tidak punya uang kecil. Ketika akan membayar dengan selembar uang 50 ribuan --karena sepertinya hanya uang itu yang dibawanya-- dan si Abang tidak punya kembalian, si Bapak minta waktu untuk mencari uang kecil, tentunya dengan membawa anaknya tadi. Saya rasa, bisa saja si Bapak itu kemudian tidak kembali untuk memberikan uang jasa kepada si Abang. Tapi.. si Abang toh percaya.... dan si Bapak memang kembali.


Kala itu... dalam peristiwa sederhana itu, saya bersyukur, masih banyak kejujuran-kejujuran kecil yang bisa saya temui di sekitar saya. Seringkali saya selalu terfokus pada ketidakjujuran orang lain (baca:koruptor), dan melupakan bahwa di sekitar saya masih ada hal baik dan positif yang bisa diapresiasi. Semoga dari apresiasi-apresiasi positif itu bisa berkembang menjadi pikiran dan energi  positif di setiap kehidupan. 

4 Des 2013

#lessonoftheday

Ketika anak melakukan perbuatan yang dianggap mengecewakan diri, tanyakan dulu apakah diri ini melakukan hal yang sama kepada orangtua. #lessonoftheday

Kenangan Indah Masa Kecil

Mengingat-ingat masa kecil... ada beberapa pengalaman indah yang cukup berkesan bersama Bapak dan Ibu. 

Waktu kecil, saya paling seneng ketika makan malam, bapak atau ibu menawari saya duduk di tengah tengah mereka. Kursi makan Bapak dan Ibu didempetkan, lalu saya duduk di antara mereka. Rasanya menyenangkan sekali. Kalau diingat-ingat dan dipikir-pikir, apa ya yang bikin saya segitu senang dan berkesannya pengalaman itu. Saya baru dapat jawabannya setelah saya dewasa. Setelah saya belajar di parent class yang saya ikuti di sekolah Zhafi. Ada satu quote yang saya ingat dari salah seorang pembicara, “hadiah terindah bagi anak adalah hubungan yang mesra dan kompak antara Ayah dan Ibu”. Dan quote yang lain lagi, “sentuhan bicara 1000 kali lebih banyak dari pada kata-kata ‘Mama sayang kamu’”.
Beberapa minggu terakhir ini, kalau kami jalan berempat (Ayah, Ibu, Mas Zhafi, Hanan), si kecil sering minta jalan digandeng ayah dan ibu. Dia berada di tengah-tengah. Saya berpikir... mungkin... apa yang dia rasakan sama dengan yang saya rasakan dulu ketika di meja makan (saat kecil dulu).

Pengalaman lainnya,
Saya selalu senang mengingat pengalaman waktu kecil ketika ibu membuat kue-kue kering. Saya girang ketika dipersilakan mencetak kue-kue itu dengan cetakan yang lucu-lucu, menghiasnya dengan pasta coklat di atasnya. Saya tidak ingat apakah ibu marah atau tidak dengan hasil cetakan kue saya yang belepotan. Karena pengalaman memasak bersama itu sangat menyenangkan.

Hal lain yang saya ingat, adalah serunya belanja bersama ibu sepulang sekolah. Beberapa kali seminggu, sepulang dari menjemput saya dan adik dari sekolah, saya diajak ke supermarket dan berbelanja. Kenangan tentang berbelanja itu kadang-kadang bikin kangen Ibu, terutama ketika jauh :)

What Is Your Passion?

Quote yang paling menginspirasi: "I am stronger than my excuses".