19 Jan 2015

Mbak Ye dan Tumor



Ini kisah nyata. Tentang Mbak Ye (sebut saja begitu).

Saya mengenalnya sekitar setahun lalu. Waktu itu, tetangga rumah saya menawarkan asisten untuk bantu cuci setrika. Kebetulan karena sedang membutuhkan, saya iyakan saja. Mbak Ye inilah yang kemudian bekerja di rumah saya. Sepintas ngga ada yang aneh ketika Mbak Ye datang memperkenalkan diri. Dia mengenakan baju kaos dan celana panjang.

Keesokan harinya, saat mulai bekerja dan dia mengenakan celana pendek, barulah saya melihat ada yang tidak biasa. Pada kakinya, tumbuh benjolan yang cukup jelas terlihat. Saat itu, benjolannya hampir sebesar bola golf.

Saya tanya, kakinya kenapa.

Katanya, ini tumor.

Sudah lama?

Iya. Dulu sudah pernah dioperasi, tapi tumbuh lagi.

Sudah berobat lagi?

Belum. Saya minum herbal aja. Rasanya sakit ngga sekarang?

Iya, kadang sakit, tapi ngga saya rasa.

Saat itu memang kondisinya secara keseluruhan tampak bugar, selain benjolan di kakinya. Dia masih bisa bekerja, mencuci, dan menyeterika sampai 3 pintu. Beberapa kali dia izin ke rumah sakit, untuk periksa menggunakan jaminan kesehatan masyarakat. Sampai akhirnya dia berhenti bekerja dari rumah saya, dan digantikan oleh tetangganya. 

Dari tetangganya yang sekarang jadi asisten saya ini, saya sedikit-sedikit tau kabarnya. Dia bekerja dimana, dan bagaimana kondisinya sekarang. Prihatin juga, demi supaya bisa bekerja, dia terbiasa menenggak minuman berenergi semacam ku****ma setiap pagi tanpa sarapan. Minuman itu buatnya untuk mengatasi badannya yang lemas. Saya ngeri, minuman berenergi itu akan memperparah penyakitnya. Jadi saya pesan melalui asisten saya itu (si Bibi) untuk bilang pada Mbak Ye, tolong berhenti minum minuman seperti itu.

Tapi, siapa yang mau mendengarkan nasihat itu, kalau yang dia butuhkan adalah efek badan berenergi yang langsung terasa. Jadi, tampaknya kebiasaan itu masih dilakukan.

Beberapa waktu lalu, Mbak Ye datang ke rumah saya. Dia mengeluhkan banyak hal. Tentang penyakit tumornya yang semakin membesar, juga tentang suami dan anak-anaknya yang banyak menuntut tapi tidak memberi perhatian pada penyakitnya. Dia sudah berupaya  memeriksakan ke RSU Daerah, tapi pihak rumah sakit mengirimnya ke RS besar di Jakarta. RSUD tidak bisa mengatasi penyakit Mbak Ye karena sudah terlalu parah.

Berbekal berkas BPJS, Mbak Ye sudah berobat ke RS besar tersebut. Singkat cerita, Mbak Ye akan dihubungi kalau pihak RS sudah siap untuk mengoperasi. Katanya masih antri 200 orang. Namun sampai berminggu-minggu Mbak Ye tidak juga dihubungi, hingga sekarang kondisinya ngga bisa jalan. Sejak kedatangannya ke rumah saya, baru terpikir untuk menghubungi Lembaga amil zakat seperti Dompet Dhuafa. Saya ingat DD ada program layanan kesehatan Cuma-Cuma dan rumah sehat terpadu DD. Tapi sampai sekarang saya belum berhasil menghubungi. Entahlah, ada atau tidak kemungkinan bagi Mbak Ye ini untuk mendapatkan bantuan pengobatan atau operasi dari RSTDD, masih sedang diupayakan. Semoga ada jalan buat kesembuhan Mbak Ye.

Aamiin

2 komentar:

Haii emak, bapak, ibu, adik, abang, neng, uda, uni, akang, teteh, mas, dan mbak, tinggalkan komentar dan jejakmu yaa... saya senang sekali kalau bisa berkunjung ke rumah maya milikmu. Salam BW ^_^

What Is Your Passion?

Quote yang paling menginspirasi: "I am stronger than my excuses".