24 Feb 2014

Resep: Nagasari Pisang

Hari Senin kemarin, punya stok pisang kepok, tepung beras, tepung tapioka. Jadi... mau bikin cemilan apa ya. Oke, sebetulnya sih memang sudah nyiapin rencana membuat nagasari pisang. Setelah browsing sana sini, mencari resep yang paling gampang diikuti (mental praktisan hehe), dan akhirnya ketemu deh resep yang okeh.

Zhafi demi melihat ibunya mulai utek-utek di dapur, bertanya, “Bu mau bikin kue lagi yaa?? Kue apa?”

“Nagasari, kue pisang itu lhoo...”

“Ihhh asiikk! Eh ibu kayak koki aja deh, masak tiap hari”

Haha.... antara seneng dan malu juga dengar komentar Zhafi. Soalnya nih, kalau ngga karena kepepet lagi kontrol makanan buat anak-anak, terutama Zhafi yang habis sakit kemarin, haduhh... mungkin ngga ada cerita masak-masak dan bikin kue serajin ini. tinggal beli roti tawar, meises, atau jajan pasar. Beres.

Balik lagi ke nagasari. Cuma, memang ya bikin adonan dengan campuran tepung tapioka di dalamnya itu gampang-gampang susah. Harus cari trik gimana supaya adonan tapioka, beras dan santan itu bisa mulus ngga brindil-brindil. Itu kejadian juga sama acara bikin nagasari kemarin. Setelah campuran tepung tapioka dan tepung beras dimasukan kedalam santan yang sudah mendidih, meskipun saya mengikuti resepnya untuk mengecilkan api, tetap aja begitu campuran tepung dimasukkan, terjadilah gumpalan-gumpalan yang berakhir manis menjadi adonan yang mbrindil, ngga semulus sewaktu membuat bubur sumsum tempo hari. 

Belum lagi, belakangan saya sadar lupa memasukkan gula dan garam kedalam santan tadi. Whoaa.... panik gimana yaa? Akhirnya terpikir jalan pintas. Mencairkan gula dengan tambahan air.

Singkat kata, ternyata setelah adonan dimasukkan ke dalam daun pisang dan dikukus, begitu dibuka, lumayan juga sih... walau makannya harus pakai sendok karena sepertinya kurang padat. Tapi soal rasa.... yang pasti Zhafi bilang... “Enakkkk, Buuu... !”

Ahh lega deh, padahal kalo menurut saya siih, agak terlalu manis dan kurang gurih. Catatan ke depan, mungkin mengurangi sedikit takaran gulanya, dan menambah sedikit garam.... ehmm bener ngga ini? Maklum tukang masak amatir.
Jadi ini ya resepnya

Nagasari Pisang
Sumber: sajiansedap.com
Bahan-bahannya:

250 gr tepung beras
100 gr tepung tapioka
250 gr gula pasir
Garam secukupnya
700 ml santan dengan kekentalan sedang dari ½ butir kelapa
Daun pandan (ini optional ya, saya ngga pake karena ngga punya pohonnya)
Daun pisang untuk membungkus
Dan tentunya pisang kepok atau pisang raja yang sudah matang

Cara membuatnya:
Santan dipanaskan bersama gula dan garam sambil terus diaduk-aduk sampai tangannya tidak tahan lagi dengan panasnya, (tidak sampai mendidih). Saatnya mencampur tepung beras dan tapioka dengan sebagian santan, lalu adonan tepung dan santan dimasukkan kedalam sanatan yang telah dimasak tadi. Aduk rata, masak lagi dengan api kecil sambil diaduk-aduk. Nah... di saat inilah terjadi gumpalang ituhh... saya jadi berpikir, mungkin sebaiknya santannya saya diamkan sebentar sampai agak dingin, baru dimasukkan adonan tepung dan diaduk sampai rata, baruk api dinyalakan lagi, mungkin hasilnya teksturnya lebih mulus (mungkin...). Kalau ada yang punya tips, silakan dishare di sini yah.

Selanjutnya siapkan daun pisang yang sudah dibersihkan, masukkan sedikit adonan, taruh satu iris pisang lalu tutup lagi dengan adonan baru kemudian bungkus dengan gaya yang silakan seperti apa modelnya, asal rapih aja hihihi.
 
Setelah semua adonan selesai dibungkus, kukus sekitar 20 menit, lalu angkat.
Hasilnya... alhamdulillah, enak lah.

Malamnya, ketika ayahnya pulang, Zhafi sampai berkali –kali kasih tahu ayahnya, “Yahh ituu ada kue pisang. Enak bangett... “ Hiks... ternyataa saya bisa masakk sodara-sodaraah.... *lebay

Maaf itu poto nggak banget yaa... lagi ngga punya kamera huhuhu harii gini...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Haii emak, bapak, ibu, adik, abang, neng, uda, uni, akang, teteh, mas, dan mbak, tinggalkan komentar dan jejakmu yaa... saya senang sekali kalau bisa berkunjung ke rumah maya milikmu. Salam BW ^_^

What Is Your Passion?

Quote yang paling menginspirasi: "I am stronger than my excuses".