24 Feb 2014

Rangkuman Scope #5: Anak Shaleh - Aktif, Progresif, Konstruktif, Kreatif

Rangkuman dari event School of Co Parenting SAT tanggal 23 Februari 2014
Anak Shaleh: Aktif, Progresif, Konstruktif, Kreatif
Materi oleh: Pak Adriano Rusfi (Pak Aad)

Apa yang ada di benak setiap orangtua ketika mengharapkan anak menjadi anak yang shaleh?
Anak shaleh seringkali diartikan sebagai anak yang tidak lupa sholat, tidak malas mengaji, tidak membantah perintah orangtua, dan tidak melawan orangtua. Definisi anak shaleh masih diartikan terbatas pada amalan yang sifatnya personal dan akhlaq. Nyatanya, keshalehan tidak hanya terbatas pada itu saja. Keshalehan mengandung arti yang lebih luas, yaitu amar ma’ruf nahi munkar.
Sebelum membahas lebih menyeluruh tentang definisi dan ciri anak shaleh yang lebih komprehensif, mari menengok kembali mentalitas apa yang sedang terbangun setidaknya pada sebagian generasi muslim saat ini.

Kaum Mustadh’afin = Lemah atau dilemahkan
Kaum  ini lahir dari perasaan ketertindasan, dari perasaan sebagai kaum konspirasi permusuhan, pemurtadan, dan pelemahan. Kemudian muncul sikap defensif. Ini menjadi mentalitas umahat abad 20, sejak jatuhnya khilafah utsmaniyah. Kaum ini direkayasa untuk kepentingan politik untuk membangun solidaritas. Inilah cikal bakal mental teroristik.
Sebagian kaum muslim lebih fokus untuk melawan usaha pemurtadan dari musuh –musuh Islam dengan cara defensif dan kekerasan. Menebarkan virus kebencian secara berlebihan, sampai aksi teror seperti bom bunuh diri dan sejenisnya menjadi pilihan yang diambil oleh kaum ini, yang justru menimbulkan persepsi semakin negatif tentang Islam.
Kaum ini sibuk dengan isu permutadan, sekularisme, bahaya aliran sesat, dan sebagainya, namun lupa untuk memperhatikan isu kemanusiaan. Isu kemanusiaan bukan hanya terbatas pada problem solving, bukan hanya terbatas pada pemberian bantuan setelah bencana, bantuan kepada kaum dhuafa, dan sebagainya. Isu kemanusiaan termasuk juga bagaimana menciptakan teknologi ramah lingkungan, perkembangan sains, terobosan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, yang semuanya berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia juga pelestarian lingkungan.
Islam benar-benar akan menjadi rahmatan lil’alamin, melalui khalifah-khalifahnya jika semakin banyak kaum muslim yang berkontribusi aktif dan kreatif dalam peningkatan kualitas kehidupan manusia dan alam. Karena umat Islam diharapkan menjadi khalifah fil ardh yang akan membawa perbaikan dan kebaikan di bumi ini.

Definisi dan Ciri Anak Shaleh
Generasi Islam selayaknya menjadi generasi yang memiliki mentalitas positif yang memiliki harga diri (dignity). Karena dibalik kebencian pihak-pihak tertentu, semesta mendukung Islam dan masih banyak yang merindukan kepemimpinan Islam.
Generasi Islam selayaknya menjadi generasi khairul ummah, generasi progresif yang tidak defensif.
“Janganlah kamu merasa hina, jangan pula bersedih hati, kamulah yang paling tinggi, jika kalian orang yang beriman”
Shaleh itu ISLAH. Islah bermakna ‘memperbaiki’, bukan merusak. Shaleh berarti amar ma’ruf nahi munkar.
Definisi anak shaleh:
1.       Shaleh itu amal (melakukan sesuatu), bukan terbatas pada akhlaq
2.       Anak Shaleh = Anak progresif
3.       Anak shaleh = Anak konstruktif
4.       Anak shaleh = anak kreatif
5.       Amar Ma’ruf nahi munkar
6.       Laksanakan perintah, tinggalkan larangan
7.       Mengejar pahala, menekan dosa
8.       Berlomba-lomba dalam kebajikan
Shaleh adalah amal. Berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan. Ajarkan pada anak didepan ada surga, agar semakin termotivasi untuk banyak berbuat kebaikan. Untuk lebih banyak berkontribusi, dan lebih banyak menghasilkan inovasi-inovasi. Jangan ajarkan anak didepan ada neraka yang membuat anak terlalu takut berbuat apa-apa karena takut berdosa.
Manusia tidak akan pernah luput dari dosa, namun hanya perbuatan baiknya lah yang akan menjadi penutup bagi dosa-dosanya, dan kebaikan-kebaikan yang dilakukannya yang akan menghindarkannya dari dosa.
Karena pada hari perhitungan nanti, Allah menyampaikan melalui ayat suciNya, manusia akan dihitung seberapa banyak pahala yang dikumpulkan. Allah tidak menyebutkan bahwa ukuran masuk surga dari seberapa sedikit dosa yang dilakukan. Hal ini seperti tercantum dalam QS Al Qori’ah ayat 6 – 11:
“Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia akan berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang). Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.”
Tantangan umat muslim adalah menciptakan generasi kreatif. Kreatifitas yang positif membawa kontribusi yang bermanfaat untuk kehidupan manusia yang lebih baik. Bagaimana memulai menciptakannya? Ketika usia 0-7 tahun, anak-anak sedang dalam ‘masa destruktif’. Anak cenderung merusak benda atau barang untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Maka izinkan atau biarkan mereka merusak di masa itu, jangan dilarang. Ajarkan saja apa konsekuensi logisnya (bukan hukuman). Jangan paksakan anak untuk konstruktif pada masa itu, seperti yang sekarang ini sering terjadi dengan mengajarkan baca tulis sejak dini. Kenyangkan hasratnya untuk ‘merusak’ (sambil mengajarkan konsekuensi logis dari tindakannya agar destruktifnya terarah). Hal ini akan memuaskan kebutuhan psikologisnya akan banyak hal. Ketika usia 7 tahun ke atas, dia pun akan terpuaskan dengan kebutuhannya itu dan dengan sendirinya banyak melakukan tindakan-tindakan yang konstruktif justru dari pengalamannya merusak di masa kecil.
Shaleh adalah amar ma’ruf nahi mungkar (bukan dibalik menjadi nahi munkar amar ma’ruf). Artinya dahulukan untuk berbuat dan menebarkan kebajikan, baru mencegah kemungkaran.
Shaleh adalah melaksanakan kebajikan dan meninggalkan larangan (bukan meninggalkan larangan dan melaksanakan kebajikan).
Artinya, utamakan untuk banyak berkontribusi, kontribusi, kontribusi, sambil selalu istiqomah untuk menghindar dari atau menekan dosa. Sebaliknya, jika terlalu takut melakukan dosa, dan akhirnya takut berbuat apa-apa, atau sedikit berbuat baik, mungkin kontribusi yang dihasilkan akan lebih sedikit.
Pendidikan untuk anak kita selayaknya adalah berorientasi menjadikan anak yang bagaikan anak panah: menembus, melesat, dan mencapai tujuan. Bukan berfokus atau berorientasi untuk membentengi anak, karena sekuat apapun benteng yang coba dibangun, kemunkaran akan semakin lincah untuk mencari celah.
Pendidikan selayaknya menjadikan anak aktif (melakukan hal positf), karena dengan menjadi aktif, anak akan terhindar dari hal-hal yang buruk. Bukan membatasi anak, yang membuat anak tidak bisa mengoptimalkan segala potensinya, dan jatuh pada rendahnya kompetensi yang dimilikinya dalam bermanfaat untuk kehidupan. Amar ma’ruf itu sendiri adalah nahi munkar yang paling baik. Menyibukkan diri, banyak melakukan aksi positif, dan aktif adalah obat terbaik untuk menghindarkan diri dari maksiat. Cara terbaik untuk menghilangkan kebathilan adalah dengan mendatangkan yang haq.
Banggalah dengan anak yang pahalanya banyak, bukan yang sedikit dosanya.  Setiap kebaikan akan dihitung 10 kali lipat, tapi setiap kesalahan atau dosa hanya dihitung 1 kali lipat saja.
Melakukan 10 kebaikan dan 3 dosa lebih baik dibandingkan dengan melakukan 1 kebaikan dan 0 dosa.
Karena :
(10x10) + (3x1) = 100 – 3 = 97
(1x10) + (0x1) = 10 – 0 = 10.

Wallaahu a’lam bishshowab...



Kesimpulan:
1.       Mari ubah mindset umat muslim dari mentalitas tertindas menjadi mentalitas optimis. Ceritakan kepada anak kebaikan Islam, kejayaan Islam di percaturan dunia. Berikan informasi juga tentng perjuangan muslim dari penindasan yang terjadi di belahan bumi lain, bukan untuk menanamkan kebencian untuk melakukan kekerasan.
2.       Bicarakan pada anak tentang goal setting (merencanakan tujuan) dan goal getting (menggapai tujuan), tidak selalu berfokus pada problem solving.
3.       Selanjutnya upaya untuk membangung generasi shaleh bisa lebih efektif.
4.       Generasi shaleh adalah:
-          Amar ma’ruf nahi munkar
-          Mengejar pahala menekan dosa
-          Berlomba-lomba dalam kebaikan
-          Menegakkan yang hak dan menghancurkan yang batil
-          Melaksanakan perintah meninggalkan larangan
-          Tancap gas lalu rem sebelum menabrak
-          Biarkan anak berbuat salah, karena salah membuat anak belajar.


Forum tanya jawab:
Tanya:
Bagaimana mengajarkan disiplin pada anak
Jawab:
Orangtuanya harus mencontohkan kedisiplinan juga. Selain itu perlu diseimbangkan antara disiplin fungsional dengan disiplin struktural.
Yang dimaksud dengan disiplin fungsional, melakukan perbuatan sesuai dengan kebutuhan. Misalnya,
-          Disiplin tidur lebih cepat agar bisa bangun pagi.
-          Disiplin olahraga agar stamina tubuh meningkat
-          Makan ketika lapar
Yang dimaksud dengan disiplin struktural, melakukan perbuatan atau kegiatan yang dipatok aturan yang baku. Misalnya,
-          Tidur pukul 9, bangun pukul 5 pagi
-          Olahraga 30’ menit setiap jam 7 pagi
-          Makan pagi jam 7, makan siang jam 12, makan malam jam 7.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Haii emak, bapak, ibu, adik, abang, neng, uda, uni, akang, teteh, mas, dan mbak, tinggalkan komentar dan jejakmu yaa... saya senang sekali kalau bisa berkunjung ke rumah maya milikmu. Salam BW ^_^

What Is Your Passion?

Quote yang paling menginspirasi: "I am stronger than my excuses".