Status Path dari seorang ABG bernama Dinda masih berseliweran sampai hari ini.
Gambar dari beforeitsnews.com |
Yang saya pikirkan dan saya rasakan pada saat pertama hingga beberapa kali melihat status itu adalah prihatin dan miris. Muncul pemikiran yang cenderung menghakimi, kenapa Dinda yang juga perempuan sama sekali ngga punya rasa empati? Apa dia ngga menyadari suatu saat dia akan ada di posisi yang sama. Dan kondisi hamil itu berbeda ketika sedang tidak hamil. Ada yang lemas, mual, walau ada juga yang ngga merasakan keluhan berarti. Dan kenapa harus dengan kata-kata keras seperti itu untuk mengungkapkan ketidaksukaannya pada ibu hamil yang meminta tempat duduk padanya?
Lama kelamaan, status di wall saya tampak sarat dengan hujatan dan makian kepada para abg ini. Saya termasuk juga yang mengira bahwa Dinda ini manusia bodoh yang ngga punya rasa empati. Lalu, semakin lama saya jadi mempertanyakan diri sendiri, apa dengan memaki membuat saya jadi lebih baik kedudukannya dari pada dia? Apakah saya benar-benar sudah berempati pada orang lain di setiap kesempatan. Kalau saya memberikan tempat duduk ke penumpang prioritas in syaa Allah bisa dan akan terus begitu, selama saya juga lagi ngga repot gendong-gendong si kecil. Tapi apa di situasi lain, di konteks lain rasa empati saya juga tetap akan ada? Saya belum tahu. Karena, bersikap empati bukan hanya sekedar itu saja, tapi banyak. Itulah yang bikin saya malu untuk terus ikut menyalahkan Dinda. Ya, saya harus berkaca dulu sebelum menilai orang lain.
Lalu saya membaca postingan blog dari seorang teman FB. Di blog beliau, saya jadi tahu bahwa. ternyata ada fakta beberapa ibu hamil bersikap tidak simpatik. Maklum saya juga bukan everyday commuter hehe. Jika memang ingin meminta hak tempat duduk prioritas, tentunya perlu ada etika dan sopan santun ya, (selain juga sebaiknya harus ada rasa empati dari orang lain untuk memberikan hak pada yang memilikinya sebelum diminta). Tapi akan lain ceritanya, kalau ibu hamil memintanya dengan nada yang keras, atau tidak sopan. Siapapun pasti akan merasa tersinggung. Dan ternyata beliau ini, tidak hanya sekali dua kali menjadi saksi adanya ibu-ibu hamil yang kurang simpatik tersebut.
Saya tidak melihat beliau sebagai orang yang menyetujui sikap Dinda seratus persen, karena cara mengungkapkannya yang tanpa filter emosi. Saya melihat beliau hanya ingin menjelaskan kemungkinan alasan kenapa Dinda sampai memposting status tersebut di FB. Sekedar catatan, beliau juga sudah pernah mengalami menjadi bumil dalam commuter.
Walaupun juga, mungkin di sisi lain, sikap ibu hamil yang tidak simpatik itu bisa saja akumulasi dari kekesalan bumil ybs karena saking seringnya mereka tidak mendapatkan haknya di kendaraan umum karena orang-orang yang tidak berempati dengan kehamilannya.
Apapun mungkin.
Walaupun juga, mungkin di sisi lain, sikap ibu hamil yang tidak simpatik itu bisa saja akumulasi dari kekesalan bumil ybs karena saking seringnya mereka tidak mendapatkan haknya di kendaraan umum karena orang-orang yang tidak berempati dengan kehamilannya.
Apapun mungkin.
Jadi apa yang hilang di masyarakat kita dari kasus ini?
Yang pertama pastilah rasa empati yang merosot. Yang kedua, budaya sopan santun dalam meminta, saling pengertian. Satu hal lain, tulisan ini saya buat untuk mengingatkan diri sendiri untuk ngga keburu menilai sikap orang lain secara negatif. Melihat lebih dalam. Sulit, apa lagi kalau dipancing dengan kalimat yang provokatif seperti status itu hehe, tapi belajarlah dulu ya, nduk *tepukpundaksendiri.
Bagi yang punya hak, tetap meminta dengan cara yang santun tidak dengan nada menuntut. Tapi bagi yang memang masih sehat, tidak kurang suatu apapun, sangat perlu berempati pada orang lain. Saling pengertian, itu sepertinya kuncinya. Tapi kalau udah dengan sukarela memberi tempat duduk bagi kaum prioritas tapi ngga mendapat ucapan terima kasih atau senyuman, ya biarkan saja. Pada akhirnya ini semua hanya antara diri sendiri dan Tuhan. Seperti sajak Mother Theresa "Do It Anyway"
People are often unreasonable, irrational, and self-centered. Forgive them anyway.
If you are kind,
people may accuse you of selfish, ulterior motives. Be kind
anyway.
If you are
successful, you will win some unfaithful friends and some genuine
enemies. Succeed anyway.
If
you are honest and sincere people may deceive you. Be honest and
sincere anyway.
What
you spend years creating, others could destroy overnight. Create
anyway.
If
you find serenity and happiness, some may be jealous. Be happy
anyway.
The
good you do today, will often be forgotten. Do good anyway.
Give the best you have, and it will
never be enough. Give your best anyway.
In the final analysis, it is
between you and God. It was never between you and them anyway.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------- Orang sering keterlaluan, tidak logis,
dan hanya mementingkan diri;
bagaimanapun, maafkanlan mereka.
Bila engkau sukses, engkau akan mendapat beberapa teman palsu,
dan beberapa sahabat sejati;
bagaimanapun, jadilah sukses.
Bila engkau jujur dan terbuka,
mungkin saja orang lain akan menipumu;
bagaimanapun jujur dan terbukalah.
Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun
mungkin saja dihancurkan orang lain hanya dalam semalam;
bagaimanapun bangunlah.
Kebaikan yang engkau lakukan hari ini
Mungkin saja besok sudah dilupakan orang;
Bagaimanapun, berbuat baiklah.
Bagaimanapun, berikan yang terbaik dari dirimu.
Engkau lihat,
akhirnya ini adalah urusan antara engkau dan Tuhanmu;
Bagaimanapun ini bukan urusan antara engkau dan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Haii emak, bapak, ibu, adik, abang, neng, uda, uni, akang, teteh, mas, dan mbak, tinggalkan komentar dan jejakmu yaa... saya senang sekali kalau bisa berkunjung ke rumah maya milikmu. Salam BW ^_^