17 Apr 2014

Obat TB Gratis, Jadi Jangan Ragu Berobat

http://sehatnegeriku.com/berobat-gratis-pasien-tb-bisa-sembuh-asal-patuh/
Belum lama ini, saya membawa Si Sulung, Zhafi, ke IGD di sebuah RS pemerintah di Jakarta, karena sesak nafas akibat serangan asma. Di ruangan rawat IGD yang penuh, Zhafi diinhalasi. Proses inhalasi hanya 10 menit, tapi administrasi yang memakan waktu beberapa jam cukup membuat saya memperhatikan satu persatu pasien lain yang dirawat sementara di ruangan IGD itu. Karena ranjang IGD penuh, Zhafi ditempatkan satu ranjang dengan anak laki-laki yang tampaknya juga tinggal menunggu obat dan proses administrasi saja. Saya sempat ngobrol dengan ibu dari anak laki-laki itu.

Di sebelah ranjang tempat Zhafi duduk, terbaring lemah seorang anak perempuan yang bertubuh kurus sedang tertidur. Di sebelahnya, perempuan yang sudah lanjut usia tampak duduk menemani. Seorang dokter anak yang masih muda menghampiri perempuan itu, menanyakan berapa kali buang air kecil dan berapa banyak air kencingnya, perempuan tua itu menjawab sekedarnya. Tadi berapa ya, lupa, jawab ibu paruh baya itu. Dokter tanya, apa tidak dicatat. Perempuan itu menjawab, saya ngga bisa baca tulis. Untuk sesaat, Pak Dokter pun tidak bertanya lebih jauh.

Dari obrolan saya dengan ibu dari anak laki-laki tadi, saya jadi tahu cerita tentang balita perempuan malang itu dan perempuan tua yang ternyata neneknya. Kisah keluarga ini cukup memilukan hati.

Anak perempuan ini ternyata yatim piatu. Ibunya meninggal karena penyakit tuberkulosis. Tidak berapa lama, ayahnya pun meninggal karena penyakit yang sama. Bisa ditebak anak perempuan itu sakit apa? Ya, otomatis penyakit TB pun menginfeksi tubuhnya. Keluarga ini tidak segera berobat mungkin karena kondisi ekonominya yang sangat miskin dan kurang akses informasi tentu saja. Mereka tinggal di kolong jembatan. Sekarang hanya ada nenek yang buta aksara yang jadi gantungan hidup si anak. Miris.

Mungkin kalau keluarga ini tahu bahwa berobat TB itu bisa gratis, kesehatan dan hidup keluarga ini akan terselamatkan.

Pengobatan TB Gratis

Obat anti tuberkulosis atau OAT yang diberikan berupa kombinasi 3 dari 5 macam obat (INH, rifampisin, pirazinamid, etambutol, dan streptomisin) sesuai rekomendasi dokter. Obat ini harus dikonsumsi terus menerus dalam jangka waktu sedikitnya 6 bulan untuk bisa menyembuhkan TB sampai tuntas-tas. Kalau tidak didukung dengan pengobatan yang gratis, mungkin akan lebih banyak lagi pasien dengan TB yang tidak melanjutkan pengobatan karena alasan biaya. Padahal, resiko putus berobat itu besar.

Penyakit TB yang tidak diobati sampai tuntas akan membuat bakteri penyebab penyakit ini jadi kebal atau resisten pada obat TB untuk kasus biasa. Muncullah masalah baru nantinya, bertambahnya penderita TB MDR. Pengobatan TB MDR (atau TB multi drug resistant) harus menggunakan obat yang lebih “keras”, lebih mahal, dan dikonsumsi dalam jangka waktu lebih lama, yaitu 18 bulan.

Karena itu, perhatian pemerintah dan praktisi kesehatan sangat besar untuk mendukung berhasilnya pengobatan gratis ini. Pengobatan gratis bisa didapatkan melalui Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah, dan beberapa Rumah Sakit serta dokter praktek swasta yang sudah bekerja sama untuk penanggulangan penyakit TB. Kalau berobat di RS swasta atau dokter swasta, perlu ditanyakan dulu sebelumnya apakah bisa mendapatkan pengobatan gratis di sana.  

Butuh Kedisiplinan Pasien

Nah, kalau obat sudah digratiskan, tergantung pada ketekunan dan kedisiplinan pasien TB untuk rutin kontrol dan menebus obatnya. Di setiap fasilitas layanan kesehatan seperti puskesmas, diterapkan strategi DOTS (directly observed treatment shortcourse) atau strategi pendampingan minum obat. Ada pengawas dari puskesmas yang membantu mengawasi dan mengingatkan pasien untuk terus minum obat sampai tuntas.  

Partisipasi kita juga dibutuhkan lho. Setidaknya, kita tidak ragu membantu mengingatkan orang-orang di lingkungan sekitar yang punya gejala TB untuk segera berobat sampai tuntas. Semoga dengan cara ini, kita bisa buat negeri tercinta ini lebih sehat masyarakatnya dan lebih dekat dengan mimpi besar bersama, Indonesia bebas dari TB. :)

 Tulisan ini diikutsertakan dalam:
http://blog.tbindonesia.or.id/?p=199

2 komentar:

  1. Dari lomba blog ini jadi tau mengapa dulu TB atau TBC identik dg orang miskin. Ternyata TB bisa menular ke siapa aja, hanya jaman dulu informasi tidak banyak, jadi orang miskin takut berobat, padahal obatnya gratis :(( http://www.burselfwoman.com/

    BalasHapus
    Balasan
    1. semakin banyak yang tahu, semakin terbuka jalan buat si miskin untuk mendapat akses informasi pastinya ya:)

      Hapus

Haii emak, bapak, ibu, adik, abang, neng, uda, uni, akang, teteh, mas, dan mbak, tinggalkan komentar dan jejakmu yaa... saya senang sekali kalau bisa berkunjung ke rumah maya milikmu. Salam BW ^_^

What Is Your Passion?

Quote yang paling menginspirasi: "I am stronger than my excuses".